Dalam perspektif sejarah, lembaga penidikan
yang terutama berbasis di pedesaan ini telah mengalami perjalanan sejarah yang
panjang, sejak sekitar abad ke 18. seiring denga perjalanan waktu, pesantren
sedikit demi sedikit maju, tumbuh dan berkembang sejalan dengan proses
pembangunan serta dinamika masyarakatnya. Ini menunjukkan bahwa ada upaya-upaya
yang dilakukan pesantren untuk mendinamisir, dirinya sejalan dengan tuntutan
dan perubahan masyarakatnya.
Dinamika lembaga pendidikan Islam yang
relatif tua di Indonesia ini tampak dalam beberapa hal,
seperti :
1.
Peningkatan secara kuantitas
terhadap jumlah pesantren. Tercatat di Departemen Agama, bahwa pada tahun 1977
ada 4195 pesantren dengan jumlah santri 677.384 orang. Jumlah tersebut menjadi
5661 pesantren dengan 938.397 santri pada tahun 1981, kemudian meningkat
menjadi 15.900 pesantren dengan jumlah santri 5,9 juta orang pada tahun 1985.
2.
Kemampuan pesantren untuk
selalu hidup ditengah-tengah masyarakat yang sedang mengalami berbagai
perubahan. Pesantren mampu memobilisasi sumber daya baik tenaga maupun dana,
serta mampu berperan sebagai benteng terhadap berbagai budaya yang berdampak
negatif. Kenyataan ini juga menunjukkan bahwa pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang mempunyai kekuatan untuk survive. Dan pesantren juga mampu
mendinamisir dirinya ditengah-tengah perubahan masyarakatnya. Secara
sosiologis, ini menunjukkan bahwa pesantren masih memiliki fungsi nyata yang
dibutuhkan masyarakat. (Khozin,2006:149)
Sedangkan perkembangan secara kuantitatif
maupun kemampuan bertahan ditengah perubahan, tidak otomatis menunjukkan
kemampuan pesantren untuk bersaing dalam memperebutkan peserta didik. Seperti
Dhofir mengatakan (1992), bahwa dominasi pesantren di dunia pendidikan mulai
menurun secara drastis setelah tahun 1950-an. Salah satu faktornya, adalah
lapangan pekerjaaan “modern” mulai terbuka bagi warga Indonesia yang mendapat
latihan di sekolah-sekolah umum. Akan tetapi setelah proklamasi kemerdekaan
pemerintah lebih memberikan perhatian terhadap sistem pendidikan nasional,
dengan membangun sekolah-sekolah umum dari tingkat pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi.
Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan,
bahwa beberapa pesantren ada yang tetap berjalan meneruskan segala tradisi yang
diwarisinya secara turun temurun, tanpa perubahan dan inprovisasi yang berarti
kecuali sekedar bertahan. Namun ada juga pesantren yang mencoba mencari jalan
sendiri, dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik dalam waktu yang
singkat. Pesantren semacam ini adalah pesantren yang menyusun kurikulumnya,
berdasarkan pemikiran akan kebutuhan santri dan masyarakat sekitarnya.
Maka dari pada itu,
apapun motifnya perbincangan seputar dinamika pesantren memang harus diakui
mempunyai dampak yang besar contohnya semakin dituntut dengan adanya teknologi
yang canggih pesantrenpun tidak ketinggalan zaman untuk selalu mengimbangi dari
setiap persoalan-persoalan yang terkait dengan pendidikan maupun sistem di
dalam pendidikan itu sendiri, mulai dari sisi mengaji ke mengkaji. Itupun
merupakan sebuah bukti konkrit di dalam pesantren itu sendiri, bahwa mengalami
perkembangan dan pertumbuhan. Karenanya pesantren tidak akan pernah mengalami
statis, selama dari setiap unsur-unsur pesantren tersebut bisa menyikapi dan
merespon secara baik, apa yang paling aktual.
0 komentar:
Posting Komentar