Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan
pe- dan akhiran -an (pesantrian) yang berarti tempat tinggal para santri.
Sedangkan kata santri sendiri berasal kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa
sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut Nur Cholis Majid
agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa
yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa
Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa,
dari kata “cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemana guru itu pergi menetap. 6
Sedangkan secara istilah, Husein Nasr mendefinisikan pesantren dengan
sebutan dunia tradisional Islam. Maksudnya, pesantren adalah dunia yang
mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang dikembangkan ulama’
(kiai) dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu dalam sejarah
Islam.7
Di Indonesia, istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok
pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa Arab
funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana.8
Dari terminology diatas, mengindikasikan bahwa secara kultural
pesantren lahir dari budaya Indonesia. Mungkin dari sinilah Nur Cholis Majid
6 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002) h. 61-62. Bandingkan dengan Khozin, Jejak-jejak
Pendidikan Islam di Indonesia,Cet. II (Malang: UMM Press, 2006) h.96-99. Bandingkan dengan
kata pengantar Abdurrahman Wahid dalam Muhaimin Iskandar, Gus Dur, Islam dan Kebangkitan
Indonesia, Cet. I (Jakarta: KLIK R, 2007) h. vii-ix.
7 Sambutan Azyumardi Azra dalam Jamaludin Malik, Pemberdayaan Pesantren, Menuju
Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, Cet I (Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2005). H. xix-xxii
8 Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia,Cet. II (Malang: UMM Press, 2006) hal.62.
lihat juga Abdurrahman Wahid dalam Muhaimin Iskandar, Gus Dur, Islam dan Kebangkitan
Indonesia, Cet. I (Jakarta: KLIK R, 2007) h. vii-ix.
7
berpendapat bahwa secara historis, pesantren tidak hanya mengandung makna
keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal
lembaga pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam
tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya.
Category:
Pengetahuan
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar