PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pendidikan pada hakekatnya adalah
usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan dan
kepribadiannya. Pendidikan ini memegang peranan penting dalam membina manusia
yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta manusia-manusia yang memiliki
sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan
merupakan suatu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan
manusia.
Bentuk kongkret dari pendidikan
yang dilakukan oleh manusia tersebut tampak dalam aktivitas belajar mengajar
sebagaimana Sudjana (1989) mengatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan
suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang -
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila
didukung oleh komponen – komponen pilar pendidikan yang meliputi motivasi
belajar siswa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan
pembelajaran.
Keempat pilar sebagaimana
tersebut di atas, komponen proses pembelajaran merupakan komponen yang memegang
peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran ini
menunjuk pada kegiatan di mana didalamnya terdapat integrasi dan interaksi
komponen-komponen pembelajaran yaitu guru, siswa, materi dan metode
pembelajaran.
Guru sebagai ujung tombak dalam
pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif
dan efisien. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal
keberhasilan pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi belajar
siswa (Chabibah, 2006 : 24). Terkait dengan proses pembelajaran, guru memiliki
peran sentral berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sebab guru dalam
posisi ini bertindak sebagai perancang atau desainer sekaligus pengelola proses
pembelajaran sedemikian hingga hasil dari proses pembelajaran tersebut tercapai.
Namun demikian, peran guru dalam mendesain dan mengelola proses belajar
mengajar di kelas seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana rancangan
pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai harapan.
Tidak berkembangnya salah satu
faktor dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru,
murid, materi dan metode pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada
proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut
akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil
belajar siswa.
Kondisi demikian terjadi pula
pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Mulok Pembukuan di kelas VIII A
SMP Negeri 2 Xxx, dimana dari kondisi awal kegiatan belajar mengajar di SMP
Negeri 2 Xxx untuk mata pelajaran Mulok Pembukuan menunjukkan hasil belajar
siswa rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan belajar (SKM) dimana dari
20 siswa, 16 orang siswa atau 80 % siswa kelas VIII A hasil belajarnya kurang
dari 65 sebagai batas SKM. Hasil refleksi diri menunjukkan bahwa rendahnya
prestasi belajar tersebut diantaranya adalah sikap pasif siswa dalam proses
pembelajaran, proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi, dominasi
guru masih sangat besar sehingga siswa kurang mandiri sehingga mempengaruhi
prestasi belajar.
Dari refleksi
tersebut, akar permasalahan yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi pada
intinya adalah penggunaan metode pembelajaran yang dalam hal ini guru lebih
banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga kurang mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu perlu adanya upaya untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode yang dapat
mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan mengurangi dominasi
guru dalam pengajaran dengan harapa dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk tujuan tersebut dalam penelitian ini diterapkan metode pembelajaran
kooperatif dengan model pencapaian konsep.
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan kondisi sebagaimana
tersebut di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Siswa cenderung bersikap pasif
dalam proses pembelajaran.
2. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang
bervariasi.
3. Dominasi guru masih lebih besar.
4. Siswa jarang bertanya.
5. Siswa belum maksimal dalam menjelaskan
kembali konsep yang diterima.
6. Hasil belajar siswa relatif rendah dan belum
mencapai KKM.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Bertolak dari luasnya
permasalahan yang diteliti, serta adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya,
maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada penggunaan model
pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Xxx.
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar
siswa melalui penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok
Pembukuan pada siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx ?”
D. Tujuan Penelitian.
Mengacu pada uraian permasalahan
di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx mata
pelajaran Mulok Pembukuan melalui penggunaan model pencapaian konsep.
E. Manfaat Hasil Penelitian.
Dengan melakukan penelitian
tentang penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx,
diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat antara lain :
- Untuk siswa, hasil
penelitian ini sebagai media meningkatkan aktivitas belajar untuk lebih
menguasai dan memahami materi pelajaran melalui penguasaan konsep-konsep
pokok pelajaran yang diajarkan di kelas terutama mata pelajaran Mulok
Pembukuan.
- Untuk peneliti,
hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan gagasan untuk
pengembangan dan peningkatan ketrampilan mengorganisasi, memformulasi, dan
mengkondisikan kegiatan belajar mengajar di kelas terutama untuk mata
pelajaran Mulok Pembukuan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan maksimal.
- Untuk Sekolah, hasil
penelitian diharapkan dapat memberi informasi dan atau sebagai acuan untuk
pengembangan teknologi pembelajaran terutama pembelajaran mata pelajaran
Mulok Pembukuan di SMP Negeri 2 Xxx
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.
1. Belajar,
Pembelajaran dan Prestasi Belajar.
Belajar merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang penting dalam usahanya mempertahankan hidup dan
mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar menjadi kebutuhan
yang penting karena dengan semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mendorong pembaharuan dalam segala aspek kehidupan manusia,
menuntut manusia untuk mengejar pembaharuan dan kemajuan itu. Upaya untuk
mengejar hal tersebut harus dilakukan sendiri melalui suatu proses yang disebut
belajar.
Pengertian belajar sebagaimana
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 14) adalah suatu upaya yang
dilakukan manusia dengan jalan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Menurut Dimyati (1984 : 124), belajar adalah proses yang melibatkan manusia
secara orang perorang sebagai suatu persatuan organisme, sehingga terjadi
perubahan pada pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Dari pengertian belajar yang
terakhir tampak bahwa dalam belajar terdapat suatu proses perubahan dalam diri
manusia sebagai subjek belajar tersebut. Lebih lanjut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 14) mengartikan bahwa
belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku manusia atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.sebagai suatu proses perubahan tingkah laku manusia
sebagai subjek belajar.
Perubahan yang dieroleh individu
atau manusia sebagai subjek belajar dapat diperoleh atau dicapai melalui suatu
proses belajar atau pembelajaran. Pembelajaran mengandung arti perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman
(Syah, 1995 : 89). Menurut Gagne pembelajaran merupakan seperangkan peristiwa
yang mempengaruhi subjek didik sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat
terjadi secara langsung.
Proses dalam belajar dapat
dilakukan manusia (individu) diberbagai tempat dan berbagai waktu.
Pengorganisasian secara sistematis memperhatikan kedua hal tersebut secara
formal dilakukan dalam suatu wadah lembaga pendidikan yang secara khusus
mengatur dan mengorganisasikan kegiatan belajar sedemikain hingga proses dan
tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan tercapai.
Dalam proses pembelajaran yang
dilakukan dalam wadah lembaga pndidikan formal yang dalam hal ini adalah sekolah,
terdapat suatu aktivitas belajar dan mengajar, menyampaikan dan memberikan
informasi – pengetahuan antara pendidik (pengajar/guru) dan peserta didik
(siswa). Proses dan tujuan dari kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan
didesain oleh guru memperhatikan kondisi yang ada baik itu kondisi peserta
didik, kemampuan pendidik dan lingkungan tempat proses tersebut berada.
Bertolak dari pengertian
pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran yakni seperangkat
peristiwa yang dapat mempengaruhi objek didik sedemikian rupa sehingga proses
belajar mengajar dapat terjadi (Gagne, 1988), Sunaryo (1989 : 67) mengatakan
bahwa guru perlu memiliki kemampuan membuat perencanaan pengajaran berupa
desain pembelajaran. Desain yang dirancang oleh guru diarahkan agar siswa
sebagai peserta didik dapat mencapai tingkat belajar yang seoptimal mungkin
yang ditandai dengan tercapainya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1994 : 787) adalah penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau nilai angka yang diberikan guru. Prestasi belajar siswa ini
merupakan implementasi hasil belajar siswa sebagai hasil proses pembelajaran
yang diterimanya. Anonim (2003 : 29) mengatakan bahwa hasil belajar dalan
tinjauan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah pernyataan unjuk kerja yang
diharapkan dikuasai siswa setelah mengalami pembelajaran dalam kompetensi
tertentu.
Terkait dengan prestasi belajar
siswa, dalam KBK tahun 2004, hasil belajar siswa diukur berdasarkan standar
yang dikenal dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). KKM ini dinyatakan dalam
bentuk persentase berkisar antara 0 – 100. Dalam menentukan KKM dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas
indikator dan kemampuan sumber daya pendukung. Dari standar KKM yang
menunjukkan batas minimal pencapaian ketuntasan yang dicapai siswa, maka
prestasi belajar siswa diukur berdasarkan kemampuan siswa mencapai standar
ketuntasan tersebut yang berarti bahwa nilai prosentase ketuntasan siswa
merupakan hasil belajar siswa yang tinggi rendahnya menunjukkan prestasi
belajar yang dicapai siswa untuk mata pelajaran tertentu.
2. Metode Pembelajaran
Kooperatif.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif
bagi siswa dan guru urituk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan
“tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan sesuatu
(Anonim, 2003 : 12).
0 komentar:
Posting Komentar