Di bidang E-Business / E-Commerce
Dari namanya,
kita sudah bisa menebak kalau ini berkaitan dengan kegiatan yang bersifat komersial.
Tidak salah memang, karena istilah e-commerce yang akan kita bahas ini memang
mengacu pada kegiatan komersial di internet. Contoh paling umum dari
kegiatan e-commerce tentu saja
adalah aktifitas transaksi perdagangan melalui sarana
internet. Dengan memanfaatkan
e-commerce, para penjual (merchant) dapat menjajakan
produknya secara lintas negara
karena memang sifat internet sendiri yang tidak mengenal
batasan geografis. Transaksi
dapat berlangsung secara real time dari sudut mana saja di
dunia asalkan terhubung dalam
jaringan internet.
Umumnya transaksi melalui sarana
e-commerce dilakukan melalui sarana suatu situs web
yang dalam hal ini berlaku
sebagai semacam etalase bagi produk yang dijajakan. Dari
situs web ini, para pembeli
(customer) dapat melihat bentuk dan spesifikasi produk
bersangkutan lengkap dengan harga
yang dipatok. Berikutnya, apabila si calon pembeli
tertarik, maka ia dapat melakukan
transaksi pembelian di situs tersebut dengan sarana
kartu kredit. Berbeda dengan
transaksi kartu kredit pada umumnya yang menggunakan
peralatan khusus, transaksi kartu
kredit di internet cukup dilakukan dengan memasukkan
nomor kartu kredit beserta waktu
kadaluwarsanya pada formulir yang disediakan.
Di tahap selanjutnya, program di
server e-commerce akan melakukan verifikasi terhadap
nomor kartu kredit yang
diinputkan. Apabila nomor kartu yang dimasukkan valid, maka
transaksi dianggap sah dan
barang yang dipesan akan dikirimkan ke alamat pembeli.
Tentu saja sebelumnya saat
mengisi formulir pemesanan, calon pembeli telah mengisikan
alamat lengkap kemana barang
yang akan dibelinya harus dikirimkan. Harga barang yang
dibeli kemudian akan dimasukkan
dalam rekening tagihan dari kartu kredit yang
digunakan.
Aktifitas e-commerce sebenarnya
bukan melulu berkisar pada usaha perdagangan. Kalau
kita rajin menjelajahi
situs-situs web, kita bisa menjumpai aneka usaha yang pada intinya
berusaha mengeduk keuntungan
dari lalu-lintas akses internet. Ambil contoh situs lelang
online di www.ebay.com yang
demikian populer, juga situs penyedia jasa yang mengutip
bayaran untuk netters yang ingin
menggunakan layanannya. Tidak ketinggalan pula situssitus
khusus dewasa. Bahkan untuk yang
terakhir ini justeru disebut-sebut sebagai
pelopor dari bisnis e-commerce.
Seperti halnya kegiatan bisnis
konvensional, iklan juga memegang peranan penting
dalam e-commerce. Para pengelola situs web banyak mendapatkan pemasukan
dari iklan
yang ditayangkan di situs web
yang dikelolanya (umumnya berbentuk iklan banner atau
popup window). Tengok saja Yahoo atau DetikCom sebagai contoh dimana
tiap
halamannya selalu dijejali oleh
banner iklan yang mencolok mata. Wajar saja, sebab dari
sanalah sumber pembiayaan
layanan (plus sumber keuntungan) mereka berasal.
Tapi dengan makin banyaknya
situs web yang muncul juga berarti semakin ketatnya
persaingan. Menjaring iklan di
sebuah situs web tentu saja tidak gampang. Para
pemasang iklan umumnya hanya
berminat memasang iklannya pada situs dengan trafik
kunjungan yang tinggi. Itu
artinya para pengelola situs harus berusaha memancing
sebanyak mungkin pengunjung ke
situs mereka. Caranya tentu saja dengan memajang
content yang beragam sehingga
pengunjung bisa betah berlama-lama di situsnya--syukursyukur
kalau mereka akan balik lagi di
kesempatan berikut atau lebih baik lagi apabila
sampai menjadi pengunjung setia.
Sayangnya mengundang pengunjung dengan cara ini jelas
butuh usaha dan biaya yang
tidak sedikit, sementara itu efektifitas pemasangan banner
iklan di situs web sendiri
sebenarnya masih diragukan. Para
pengunjung situs web umumnya datang dengan tujuan
untuk mencari informasi sehingga kemungkinan besar tidak
sempat melirik ke bannerbanner
yang terpajang di situs web bersangkutan. Alih-alih
memperhatikan, para
pengunjung kerap malahan merasa terganggu dengan adanya banner
iklan di sebuah
halaman web. Walhasil banyak situs web yang tidak mampu
membiayai operasionalnya
karena pemasukan dari iklan ternyata tidak mampu
mengimbangi besarnya modal yang
dikucurkan. Karena itulah beberapa waktu terakhir ini kita
banyak melihat situs web
komersial (dikenal sebagai
'DotCom') yang bertumbangan
Di bidang E-Banking
Electronic Banking, atau e-banking bisa
diartikan sebagai aktifitas perbankan di internet.
Layanan ini memungkinkan nasabah sebuah bank dapat
melakukan hampir semua jenis
transaksi perbankan melalui sarana internet, khususnya via
web. Mirip dengan
penggunaan mesin ATM, lewat sarana internet seorang
nasabah dapat melakukan
aktifitas pengecekan rekening, transfer dana antar
rekening, hingga pembayaran tagihantagihan
rutin bulanan (listrik, telepon, dsb.) melalui rekening
banknya. Jelas banyak
keuntungan yang bisa didapatkan nasabah dengan
memanfaatkan layanan ini, terutama
bila dilihat dari waktu dan tenaga yang dapat dihemat
karena transaksi e-banking jelas
bebas antrian dan dapat dilakukan dari mana saja sepanjang
nasabah dapat terhubung
dengan jaringan internet.
Untuk dapat menggunakan layanan ini, seorang nasabah akan
dibekali dengan login dan
kode akses ke situs web dimana terdapat fasilitas
e-banking milik bank bersangkutan.
Selanjutnya, nasabah dapat melakukan login dan melakukan
aktifitas perbankan melalui
situs web bank bersangkutan.
E-banking sebenarnya bukan barang baru di internet,
tapi di Indonesia
sendiri, baru
beberapa tahun belakangan ini marak diaplikasikan oleh
beberapa bank papan atas.
Konon ini berkaitan dengan keamanan nasabah yang tentunya
menjadi perhatian utama
dari para pengelola bank
disamping masalah infrastruktur bank bersangkutan.
Keamanan memang merupakan isu utama dalam e-banking karena
sebagaimana kegiatan
lainnya di internet, transaksi perbankan di internet juga
rawan terhadap pengintaian dan
penyalahgunaan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung
jawab. Sebuah situs ebanking
diwajibkan untuk menggunakan standar keamanan yang sangat
ketat untuk
menjamin bahwa setiap layanan yang mereka sediakan hanya
dimanfaatkan oleh mereka
yang memang betul-betul berhak. Salah satu teknik
pengamanan yang sering dugunakan
dalam e-banking adalah melalui SSL (Secure Socket Layer)
maupun lewat protokol
HTTPS (Secure HTTP).
Di bidang E-Government
Istilah ini baru kedengaran beberapa waktu belakangan ini,
seiring dengan maraknya
pemanfaatan teknologi internet dalam bidang pemerintahan.
Walaupun namanya egovernmet,
tapi jangan dibayangkan ini adalah sistem pemerintahan
yang sepenuhnya
berbasis internet. E-government, khususnya di Indonesia ,
masih diartikan secara sempit
sebagai sebuah sistem di internet (entah web, alamat email
kontak, atau milis) yang
mengeksploitir potensi di suatu daerah dengan maksud
mengundang pihak-pihak yang
mungkin dapat memberikan keuntungan bagi daerah
bersangkutan, entah itu sebagai
investor atau turis.
Kalau kita menengok ke situs-situs pemerintah daerah di Indonesia yang
mengaku
sebagai "e-government", sebenarnya tidak
ubahnya dengan etalase yang memajang data
statisik, potensi wisata, dan kekayaan alam suatu daerah,
dan tidak ketinggalan pula
kesempatan (baca: undangan) bagi para investor untuk
menanamkan modalnya di daerah
bersangkutan. Content yang berkaitan dengan pemerintahan (government)
sendiri
malahan tidak mendapat perhatian yang cukup.
Ini mungkin hanya masalah istilah, tapi rasanya cukup mengganggu
juga, khususnya
kalau dibandingkan dengan aktifitas elektronik lainnya di
internet yang memang betulbetul
mengacu ke namanya. Namun demikian, mudah-mudahan kita
juga sedang menuju
ke arah yang lebih maju dalam hal pemanfaatan internet
untuk keperluan pemerintahan
sehingga kelak slogan e-government ini betul-betul
diaplikasikan secara utuh dan
bukannya sekedar sebagai
"etalase" potensi daerah seperti yang sekarang kita saksikan.
Salah satu contoh penerapan
e-Government dalam artian sesungguhnya dapat dijumpai di
negara tetangga kita, Singapura.
Untuk penerapan e-Governement di negaranya,
pemerintah Singapura telah
menjalankan proyek ambisius yang disebut eGAP (Electronic
Government Action Plan). Proyek
yang setiap tahapnya menyedot anggaran sebesar US $
743 juta ini bertujuan untuk
mewujudkan pelayanan publik secara online di negara
tersebut.
Tahap pertama proyek ini telah
berhasil membangun 1600 layanan publik secara online.
Layanan ini tidak hanya memberi
informasi, tetapi juga sanggup melakukan transaksi
semacam memesan fasilitas
olahraga, mendaftarkan perusahaan, membuat paspor baru,
dan sebagainya. Program ini
telah berhasil membuat 75 persen penduduk Singapura
mulai berkomunikasi dengan
birokrasi secara online via internet. Dalam proyek eGAP
tahap II yang dimulai pada tahun
2003, pemerintah negara pulau tersebut mengharapkan
90 persen warga negaranya dapat
berkomunikasi secara online pada 2006 nanti.
Di bidang E-Learning
Istilah e-Learning dapat
didefinisikan sebagai sebuah bentuk penerapan teknologi
informasi di bidang pendidikan
dalam bentuk sekolah maya. Definisi e-Learning sendiri
sebenarnya sangat luas, bahkan
sebuah portal informasi tentang suatu topik (seperti
halnya situs ini) juga dapat
tercakup dalam e-Learning ini. Namun istilah e-Learning
lebih tepat ditujukan sebagai
usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajarmengajar
di sekolah dalam bentuk digital
yang dijembatani oleh teknologi Internet.
Dalam teknologi e-Learning,
semua proses belajar-mengajar yang biasa ditemui dalam
sebuah ruang kelas, dilakukan
secara live namun virtual, artinya dalam saat yang sama,
seorang guru mengajar di depan
sebuah komputer yang ada di suatu tempat, sedangkan
para siswa mengikuti pelajaran
tersebut dari komputer lain di tempat yang berbeda.
Dalam hal ini, secara langsung
guru dan siswa tidak saling berkomunikasi, namun secara
tidak langsung mereka saling
berinteraksi pada waktu yang sama.
Semua proses belajar-mengajar hanya dilakukan di depan
sebuah komputer yang
terhubung ke jaringan internet, dan semua fasilitas yang
yang biasa tersedia di sebuah
sekolah dapat tergantikan fungsinya hanya oleh menu yang
terpampang pada layar
monitor komputer. Materi pelajaran pun dapat diperoleh
secara langsung dalam bentuk
file-file yang dapat di-download, sedangkan interaksi
antara guru dan siswa dalam bentuk
pemberian tugas dapat dilakukan secara lebih intensif
dalam bentuk forum diskusi dan
email.
Pemanfaatan e-Learning membuahkan beberapa keuntungan,
diantaranya dari segi
finansial dengan berkurangnya biaya yang diperlukan untuk
mengimplementasikan
sistem secara keseluruhan jika dibandingkan dengan biaya
yang dibutuhkan untuk
mendirikan bangunan sekolah beserta seluruh perangkat
pendukungnya, termasuk
pengajar. Dari sisi peserta didik, biaya yang diperlukan
untuk mengikuti sekolah
konvensional, misalnya transportasi, pembelian buku, dan
sebagainya dapat dikurangi,
namun sebagai gantinya diperlukan biaya akses internet.
Dari sisi penyelenggara, biaya
pengadaan e-Learning sendiri dapat direduksi, disamping
jumlah peserta didik yang dapat
ditampung jauh melebihi yang dapat ditangani oleh metode
konvensional dalam kondisi
geografis yang lebih luas.
Namun, dibalik segala kelebihan yang ditawarkan, penerapan
e-Learning, khususnya di
kurangnya pemahaman masyarakat akan teknologi internet.
e-Learning juga kurang
cocok untuk digunakan pada level pendidikan dasar dan
menengah, khususnya karena
kendala sosialisasi. Seperti kita ketahui, tujuan kegiatan
belajar-mengajar di sekolah
bukan hanya untuk menimba ilmu pengetahuan, melainkan juga
melatih anak untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya maupun lingkungan di
luar rumah. Hal semacam ini
tidak bisa didapati dalam sekolah maya via e-Learning. Disamping
itu, sistem belajar
jarak jauh sangat mensyaratkan kemandirian, sehingga lebih
cocok untuk diterapkan pada
lembaga pendidikan tinggi maupun kursus.
0 komentar:
Posting Komentar