Categories

Lesson 6

Blog Archive

Follower

Statistik

Get Gifs at CodemySpace.com

KAJIAN TEORI


                                                                                                               
A.     Karakteristik Siswa SMP
1.      Pengertian
SMP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) adalah merupakan sekolah dalam kelompok pendidikan dasar setelah SD (Sekolah Dasar). Dalam PP No. 28 Tahun 1990 (1992 : 19) pasal 1 disebutkan :

1.      Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di SekolahDasar dan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.
2.      Sekolah Dasar adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun.
3.      Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun.


Sementara yang disebut dengan siswa menurut PP No. 28 Tahun 1990  Pasal 1, ayat 4 (1992 : 19) adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar di jalur pendidikan sekolah.
Dengan kutipan  di atas kiranya dapat dijelaskan bahwa siswa SMP adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar SMP, sekolah yang berada satu tingkat setelah SD.  Siswa SMP pada umumnya berusia antara 12 sampai dengan 15 tahun. (DepDikbud, 1993 : 1), kalaupun ada yang lebih tua dari usia itu, jumlah mereka tidaklah seberapa. 
2.      Ciri – ciri Siswa SMP
Sebagaimana dijelaskan pada halaman sebelumnya, bahwa pada umumnya siswa SMP berusia antara 12 sampai dengan 15 tahun.   Apabila dikaitkan dengan masa perkembangan, maka siswa SMP sudah bukan berada pada masa kanak – kanak lagi. Tentang penamaan masa perkembangan pada rentang usia 12 sampai dengan 15 tahun, ada beberapa pendapat yang berbeda satu dengan yang lain. WHO, sebagaimana dikutip Sunarto dan Agung Hartono  (1994 : 46) menetapkan batas usia 10 sampai 20 tahun sebagai batasan usia remaja. Sementara Elizabeth B. Hurlock, sebagaimana dikutip Andi Mappiare (1982 : 24) menetapkan usia 10 sampai 13 atau 14 tahun sebagai masa pubertas atau pre adolescence, dan usia 13 atau 14 sampai  17 tahun sebagai masa remaja awal.
Kemudian Andi Mappiare (1982 : 25) merangkum pendapat ahli – ahli psikologi perkembangan dari Indonesia sebagai berikut :
… Beberapa ahli di Indonesia, dalam menentukan usia remaja, langsung maupun tidak, banyak dipengaruhi oleh Hurlock di atas. MA Prayitno … menyebutkan rentangan usia 13 – 21 tahun sebagai masa remaja. Singgih Dirgagunarsa dan suami … menetapkan bahwa usia antara 12 – 22 tahun sebagai masa remaja. Susilowindradini,… berpatokan pada literatur Amerika dalam menentukan masa pubertas (11/12 – 15/16 tahun). Selanjutnya beliau menguraikan tentang masa remaja awal atau Early adolescence (13 – 17 tahun)…

Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, maka peneliti berkesimpulan bahwa siswa SMP yang sebagian besar berusia antara 12 sampai dengan 15 tahun berada pada masa pubertas dan masa remaja awal, dimana antara masa pubertas dengan masa remaja awal ada periode yang bertumpang tindih.  Dengan demikian maka siswa SMP memiliki ciri – ciri sebagai individu yang sedang mengalami masa pubertas dan remaja awal.
a.         Masa Pubertas
Kata ‘pubertas” berasal dari kata Latin, yang berarti usia menjadi orang (Andi Mappiare, 1982 : 27).  Suatu periode dimana anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melanjutkan keturunannya atau berkembang biak.    
b.        Masa Remaja Awal
Andi Mappiare (1982: 31) mengatakan bahwa manakala usia anak telah genap 12 / 13 tahun maka mulailah ia menginjak suatu masa kehidupan yang dikatakan remaja awal. Masa ini akan berakhir pada usia 17 / 18 tahun.  Apabila masa pubertas berakhir pada usia 13/ 14 tahun menurut Elizabeth B. Hurlock, atau pada usia 15 tahun menurut Susilo Windradini, sementara masa remaja awal dimulai pada 12 / 13 tahun, maka memang ada periode yang tumpang tindih antara masa pubertas dengan masa remaja awal.
Pada paruhan akhir masa pubertas, atau paruhan awal masa remaja awal terdapat gejala yang disebut gejala “negatif phase”.  Hurlock sebagaimana dikutip Andi Mappiare (1982 : 32)  menjelaskan cukup lengkap  tentang gejala negative phase antara lain :
1.      Keinginan untuk menyerndiri
2.      Berkurang kemamuan untuk bekerja
3.      Kurangnya koordinasi fungsi – fungsi tubuh.
4.      Kejemuan ,
5.      Kegelisahan
6.      Pertentangan sosial
7.      Penentangan terhadap kewibawaan orang dewasa
8.      Kepekaan perasaan
9.      Kurang percaya .

1)        Ciri khas remaja awal
Disamping ciri – ciri dan gejala – gejala negative phase yang dimiliki bersama (masa pubertas dan remaja awal) tersebut di atas, terdapat pula ciri – ciri khas remaja awal.  Ciri – ciri tersebut adalah (Susilo Windradini, 1990: 146) :
a)         Status anak remaja dalam periode ini tidak menentu
Dalam hal ini status remaja pada saat ini cukup membingungkan.  Suatu saat ia ia diperlakukan seperti anak – anak.  Namun disaat lain ia dituntut bertindak jangan seperti anak – anak.
b)        Dalam masa ini anak remaja emosional
Banyak perasaan yang dialami remaja, antara lain rasa marah, takut, cemas, iri, sedih,..
c)         Anak remaja dalam masa ini tidak stabil keadaannya.
d)        Anak – anak remaja punya banyak masalah


B.     Tata tertib siswa
1.      Pengertian Tata tertib Siswa
Tata tertib adalah peraturan yang harus ditaati dan dilaksanakan. (Menuk Hardaniwati dkk, 2003: 683). Lebih lanjut KBBI (2001: 1148) menjelaskan tata tertib sebagi disiplin.  Dengan demikian tata tertib siswa  dapat didefinisikan sebagai “peraturan disiplin yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah”.
2.      Tujuan Diterapkannya Tata Tertib Siswa
Tujuan diadakannya tata tertib siswa adalah dalam rangka menciptakan iklim dan budaya sekolah yang menunjang kegiatan pembelajaran yang efektif.(SMP N 3 Xxx : 2007)

3.      Pelanggaran Tata Tertib Siswa
Suatu aturan disusun adalah untuk dapat ditaati atau dilaksanakan. Namun demikian hampir tidak dapat dihindari, dia antara sekian banyak individu, ada saja individu yang melanggar aturan yang telah ditetapkan tersebut. Demikian juga terhadap tata tertib sekolah, dalam pengamatan peneliti di SMP Negeri 3 Xxx, ada siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang telah ditetapkan. Pelanggaran itu
4.      Ketidak Hadiran Siswa Sebagai Salah Satu Pelanggaran Tata Tertib
Ketidak hadiran siswa dapat digolongkan dalam  tiga jenis, yaitu ketidak hadiran karena sakit, ketidak hadiran karena ada permintaan ijin dari wali siswa, serta ketidak hadiran tanpa alas an yang jelas. Ketidak hadiran jenis pertama dan kedua dibuktikan dengan surat yang dikirim oleh orang tua atau wali siswa. Ketidak hadiran karena alasan sakit bisa juga dibuktikan dengan adanya surat keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa siswa sakit, dan harus beristirahat dalam jangka waktu tertentu.
Ketidak hadiran siswa jenis ketiga, adalah ketidak hadiran yang tanpa adanya surat keterangan baik dari dokter, maupun dari orang tua / wali siswa. Ketidak hadiran jenis inilah yang termasuk dalam kategori pelanggaran tata tertib sekolah.
C.     Pelayanan Konseling
1.      Pengertian Pelayanan Konseling
Departemen Pendidikan Nasional (2007:5) mendefinisikan pelayanan konseling :
Pelayanan Konseling adalah
…..dst

0 komentar:

Posting Komentar