Membuat perbandingan antara sistem ekonomi kapitalis, Sosialis dan Islami, tidaklah hanya seperti “memasukkan anggur lama ke dalam botol baru” kata Abdul Mannan8. Tantangan zaman yang dihadapi Islam dewasa ini menunjukkan kepada kita perlunya suatu analisis yang dapat menunjukkan dimana konsep ekonomi Islam lebih unggul dari pada konsep-konsep ekonomi lainnya.
Karenanya Afzalur Rahman9 mengatakan
pada dasarnya sistem ekonomi Islam berbeda dari sistem ekonomi
kapitalis dan sosialis;dan dalam beberapa hal, merupakan pertentangan antara
keduanya dan berada diantara kedua ekstrim tersebut. Sistem ekonomi Islam
memiliki kebaikan-kebaikan yang ada pada sistem ekonomi kapitalis dan sosialis,
tetapi bebas dari kelemahan yang terdapat pada kedua sistem tersebut. Hubungan
antara individu dalam sistem ekonomi Islam cukup tersusun sehingga saling
membantu dan kerja sama diutamakan dari persaingan dan permusuhan sesama
mereka. Untuk tujuan tersebut, sistem ekonomi Islam bukan saja menyediakan
individu kemudahan dalam bidang ekonomi dan sosial bahkan juga
memberikan
mereka pendidikan moral dan latihan tertentu yang membuat mereka merasa
bertanggung jawab untuk membantu rekan-rekan sekerja dalam mencapai keinginan
mereka atau sekurang-kurangnya tidak menghalangi mereka dalam usahanya untuk
hidup.
Islam memandang masalah ekonomi
tidak dari sudut pandang kapitalis yang memberikan kebebasan serta hak
pemilikan kepada individu dan menggalakkan usaha secara perseorangan.
Tidak pula dari sudut pandang komunis, yang ingin menghapuskan semua hak
individu dan menjadikan mereka seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh
negara. Tetapi Islam membenarkan sikap mementingkan diri sendiri tanpa
membiarkannya merusak masyarkat. Pemilihan sikap yang terlalu
mementingkan diri sendiri di kalangan anggota masyarakat dapat dilakukan dengan
melalui pengadaan moral dan undang-undang. Di satu sisi pemahaman konsep
ekonomi di kalangan masyarakat berubah dan diperbaiki melalui pendidikan moral
serta di sisi yang lain, beberapa langkah tertentu yang legal diambil untuk
memastikan sifat mementingkan diri golongan kapitalis tidak sampai ke tahap
yang menjadikan mereka tamak serta serakah; dan bagi si miskin, tidak merasa
iri hati, mendendam dan kehilangan sikap toleransi.
Di bawah sistem ekonomi Islam,
menumpuk kekayaan oleh sekelompok orang dihindarkan dan langkah-langkah
dilakukan secara otomatis untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota
masyarakat yang belum bernasip baik. Mendalami sistem tersebut kita akan
mendapatkan kelemahan sistem ekonomi kapitalis yang berkembang menurut konsep
persaingan bebas dan hak pemilikan yang tidak terbatas, ataupun kelemahan
sistem ekonomi sosialis yang tumbuh akibat pengawasan yang terlalu ketat dan
sikap diktator golongan kaum buruh serta tidak adanya pengakuan hak pemilikan
terhadap harta.
Sistem ekonomi Islam merupakan
sistem yang adil dan seksama serta berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul
hanya pada kepada satu kelompok saja, tetapi tersebar ke seluruh masyarakat.
Ciri-ciri penting sistem ekonomi Islam tersebut digambarkan dalam ayat
al-Qur’an:
“Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara golongan kaya saja di kalangan kamu” (QS. Al-Hasyr:7)
Islam menganjurkan suatu sistem yang sangat sederhana untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang membolehkan anggotanya melakukan proses pembangunan ekonomi yang stabil dan seimbang, bebas dari kelemahan sistem kapitalis dan sosialis. Sistem ekonomi Islam menyediakan menyediakan peluang-peluang yang sama dan memberikan hak-hak alami kepada semua (yaitu hak terhadap harta dan bebas berusaha); dan pada saat yang sama menjamin kesweimbangan dalam distribusi kekayaan; semata-mata untuk menjaga kestabilan dalam sistem ekonomi.
Hak akan harta milik perorangan dan kebebasan tidak diberikan tanpa batasan seperti dalam ekonomi kapitalis, tetapi diimbangi dengan batasan-batasan moral dan undang-undang. Secara keseluruhan langkah-langkah tersebut mengakibatkan kekayaan senantiasa beredar di kalangan orang banyak dan tidak terakumulasi hanya pada pihak-pihak tertentu saja. Setiap individu mendapat bagian yang sewajarnya secara adil dan negara menjadi semakin makmur.
Dengan demikian dalam siatem ekonomi Islam tidak
terdapat individu-indibvidu yang menjadi pengelola kekayaan negara ataupun
sebaliknya semua individu secara paksa diletakkan pada tingkat ekonomi yang
sama. Tetapi, kondisi tersebut diperbaiki supaya setiap individu yang
lain, dapat memperoleh kekayaan yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya
dengan cara yang baik. Individu akan mengeluarkan pendapatannya secara lebih
ekonomis tanpa mengganggu keseimbangan ekonomi masyarakat secvara keseluruhan.
Dalam sistem tersebut, tidak ada kemungkinan untuk beberapa individu mengambil
kesempatan mengumpulkan kekayaan secara berlebihan, sementara mayoritas
rakyat dibiarkan susah payah dalam memenuhi keperluan pokok hidupnya. “Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara golongan kaya saja di kalangan kamu” (QS. Al-Hasyr:7)
Islam menganjurkan suatu sistem yang sangat sederhana untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang membolehkan anggotanya melakukan proses pembangunan ekonomi yang stabil dan seimbang, bebas dari kelemahan sistem kapitalis dan sosialis. Sistem ekonomi Islam menyediakan menyediakan peluang-peluang yang sama dan memberikan hak-hak alami kepada semua (yaitu hak terhadap harta dan bebas berusaha); dan pada saat yang sama menjamin kesweimbangan dalam distribusi kekayaan; semata-mata untuk menjaga kestabilan dalam sistem ekonomi.
Hak akan harta milik perorangan dan kebebasan tidak diberikan tanpa batasan seperti dalam ekonomi kapitalis, tetapi diimbangi dengan batasan-batasan moral dan undang-undang. Secara keseluruhan langkah-langkah tersebut mengakibatkan kekayaan senantiasa beredar di kalangan orang banyak dan tidak terakumulasi hanya pada pihak-pihak tertentu saja. Setiap individu mendapat bagian yang sewajarnya secara adil dan negara menjadi semakin makmur.
0 komentar:
Posting Komentar