Categories

Lesson 6

Blog Archive

Follower

Statistik

Get Gifs at CodemySpace.com

Tantangan API (Arsitektur Perbankan Indonesia)


Tantangan Ke Depan
Untuk mewujudkan API sepenuhnya, dengan pembangunan
pilar sebagai prioritas sasaran, maka harus diidentifikasi permasalahan
utama atau berbagai tantangan yang dihadapi perbankan
Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini. Juga dilakukan
prediksi yang memadai mengenai soal serupa di masa datang.
Tantangan-tantangan tersebut menurut BI (dalam dokumen API)
antara lain adalah : soal kapasitas pertumbuhan kredit perbankan
yang masih rendah, struktur perbankan yang belum optimal,
pelayanan dan perlindungan nasabah, efisiensi operasional bank,
dan masalah teknologi informasi.

1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih
rendah
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dalam waktu lima tahun ke depan, diperlukan pertumbuhan kredit
perbankan yang cukup besar. Sementara itu, kemampuan
permodalan perbankan Indonesia saat ini mengindikasikan bahwa
pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika
perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya.
Selain hambatan dalam hal permodalan bank, penyaluran kredit
dalam banyak hal juga terhambat oleh keengganan sebagian bank
untuk menyalurkan kredit karena kemampuan manajemen risiko
dan corebanking skills yang relatif belum baik, dan biaya operasional
yang relatif tinggi.
2. Struktur perbankan yang belum optimal
Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh
terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar
(yang menguasai 75% asset perbankan Indonesia). Namun demikian
bank-bank kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena
selain jumlahnya relatif banyak, bank-bank kecil tersebut juga
158 BANK BERSUBSIDI BEBANI RAKYAT
memiliki cakupan usaha yang relative sama dengan bank-bank besar
namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan
corporate governance yang relatif lebih terbatas.
Demikian pula, dibandingkan dengan negara-negara lain,
kepemilikan pemerintah Indonesia dalam perbankan nampak cukup
tinggi, bahkan tertinggi di kawasan Asia. Hal ini juga merupakan persoalan
tersendiri terhadap struktur perbankan karena dapat menimbulkan
konflik kepentingan yang akan mengganggu efisiensi pasar.
3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurang
Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan
perbankan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari
masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan
tingginya suku bunga kredit serta masih banyaknya praktek penyediaan
jasa keuangan informal. Pandangan masyarakat semacam ini
cukup beralasan, karena walaupun kredit korporasi dan UKM sudah
mulai tumbuh, tingkat penetrasi kredit masih relative rendah. Selain
itu, meningkatnya kompleksitas jasa dan produk keuangan sebagai
akibat dari globalisasi sektor keuangan juga memerlukan respons
yang memadai dari berbagai pihak yang terkait. Hal ini semakin
penting mengingat masyarakat pengguna jasa keuangan khususnya
perbankan semakin menuntut kualitas pelayanan dan akses
perbankan yang semakin tinggi.
4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan
peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih
terdapatnya beberapa prinsip-prinsip prudensial yang masih belum
diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu
ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal,
dan pelaksanaan law-enforcement pengawasan yang belum efektif.
Arsitektur Perbankan Indonesia dan Implementasi Bassel II 159
Secara keseluruhan, upaya peningkatan kapabilitas pengawasan
ini sejalan dengan usaha Bank Indonesia untuk menerapkan 25 Basel
Core Principles for Effective Banking Supervision, termasuk
meningkatkan sarana teknologi pengawasan.
Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang sangat
dinamis dan luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan
merupakan upaya yang patut dilaksanakan secara terus
menerus oleh Bank Indonesia maupun oleh lembaga lainnya seperti
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada saatnya nanti.
5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah
Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya
corporate governance dan core banking skills pada sebagian besar
perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar
pada dua hal tersebut. Meskipun kapabilitas beberapa bank besar
sudah cukup kuat, namun kapabilitas perbankan secara umum
masih di bawah international best practices. Demikian pula kemampuan
bank dalam merespon meningkatnya risiko operasional masih
perlu terus diperbaiki,terutama penekanannya pada pentingnya
internal control dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip prudensial
.
6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak
sustainable
Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yang dicapai oleh
perbankan pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan
efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur
aktiva produktif bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank
semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang
menurun. Faktor lain dari tidak sustainable-nya profitibilitas dan
efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan berasal dari
aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio asset per
160 BANK BERSUBSIDI BEBANI RAKYAT
nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia
relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain.
7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan
Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan
perbankan yang berpengaruh secara langsung terhadap sebagian
besar masyarakat kita. Oleh karena itu, menjadi tantangan yang
sangat besar bagi perbankan dan Bank Indonesia serta masyarakat
luas untuk secara bersama-sama menciptakan standar yang jelas
dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi
informasi produk perbankan. Di samping itu, edukasi pada
masyarakat mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh perbankan
perlu segera diupayakan sehingga masyarakat luas dapat
lebih memahami risiko dan keuntungan yang akan dihadapi dalam
menggunakan jasa dan produk perbankan.
8. Perkembangan Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang
dihadapi oleh perbankan. Perkembangan teknologi informasi (TI)
menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas
produk dan jasa bank sehingga risiko-risiko yang muncul
menjadi lebih besar dan bervariasi. Disamping itu, persaingan
industri perbankan yang cenderung bersifat global juga menyebabkan
persaingan antar bank menjadi semakin ketat sehingga bankbank
nasional harus mampu beroperasi secara lebih efisien dengan
memanfaatkan teknologi informasi.

0 komentar:

Posting Komentar