- ISLAM Liberal
Islam Liberal atau JIL (Jaringan Islam Liberal) adalah
kemasan dari kelompok lama yang orang-orangnya dikenal nyeleneh. Kelompok
nyeleneh itu setelah berhasil memposisikan orang-orangya dalam jajaran yang
mereka sebut pembaharu atau modernis. Mula-mula yang dilakukan adalah
mengacaukan istilah. Mendiang Dr. Harun Nasution Direktur Pasca Sarjana IAIN
Jakarta berhasil mengelabui para mahasiswa perguruan tinggi Islam di Indonesia
dengan cara mengacaukan istilah. Yaitu memposisikan orang-orang yang nyeleneh
sebagai Pembaharu. Diantaranya Rifa'at At-Thahthawi (orang Mesir alumni Paris
yang menghalalkan dansa-dansi laki perempuan campur aduk) oleh Harun diangkat
sebagai pembaharu dan bahkan dibilang sebagai pembuka pintu ijtihad.
Pemutarbalikan fakta ini dilakukan secara resmi di IAIN antara lain melalui
bukunya "Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, terbit
1975).
Pengacauan istilah lainnya dilakukan oleh Nurcholish
Madjid yang belajar Islam (kepada dosen-dosen Yahudi) di perguruan tinggi
Amerika, Chicago - dengan cara mengembalikan istilah kepada bahasa lalu
diselewengkan artinya, persis seperti dilakukan Darmogandul dan Gatoloco :
yaitu sosok penentang dan penolak syari'at Islam di Jawa. Nurcholish menempuh :
Islam dikembalikan kepada al Din, kemudian diberi makna yaitu hanyalah agama
(tidak punya urusan dengan kehidupan dunia, bernegara) lalu dari pemaknaan itu
menolak diterapkannya syari'at Islam dalam kehidupan. Mari kita simak kutipan
tulisan Nurcholish sbb:
"sudah jelas, bahwa fikih itu, meskipun telah
ditangani oleh kaum reformis, sudah kehilangan relevansinya dengan pola
kehidupan zaman sekarang. Sedangkan perubahan secara total agar sesuai dengan
pola kehidupan modern, memerlukan pengetahuan yang menyeluruh tentang kehidupan
modern dalam segala aspeknya, sehingga tidak hanya menjadi kompetensi dan
kepentingan umat Islam saja, melainkan juga orang-orang lain. Maka, hasilnya
pun tidak perlu hanya merupakan hukum Islam, melainkan hukum yang meliputi semua
orang, untuk mengatur kehidupan bersama."
Tanggapan : menganggap fiqh telah kehilangan
relevansinya adalah satu pengingkaran. Bagaimana umat Islam bisa berwudhu,
sholat, zakat, puasa, nikah, waris dan mengetahui halal/haram jika fiqh telah
tidak relevan?
Faham JIL mudahnya, menjurus pada sekularisme, inklusifisme dan pluralisme agama (menganggap semua agama itu sejajar, paralel dan prinsipnya sama hanya beda teknis) dan kita tidak boleh memandang agama lain dengan memakai agama yang kita peluk (ini lebih jauh lagi pemurtadannya).
Ahmad Wahib, yang mengaku sekian tahun diasuh oleh pendeta dan romo, fahamnya menafikan Qur'an dan Hadits, yaitu:
Faham JIL mudahnya, menjurus pada sekularisme, inklusifisme dan pluralisme agama (menganggap semua agama itu sejajar, paralel dan prinsipnya sama hanya beda teknis) dan kita tidak boleh memandang agama lain dengan memakai agama yang kita peluk (ini lebih jauh lagi pemurtadannya).
Ahmad Wahib, yang mengaku sekian tahun diasuh oleh pendeta dan romo, fahamnya menafikan Qur'an dan Hadits, yaitu:
"Menurut saya sumber-sumber pokok untuk
mengetahui Islam atau katakanlah bahan-bahan dasar ajaran Islam, bukanlah
dengan Qur'an dan Hadits melainkan Sejarah Muhammad."
Jadi Al Qur'an dan Hadits dia anggap hanya sebagian
dari sumber sejarah Muhammad, jadi hanya bagian dari sumber ajaran Islam, yaitu
Sejarah Muhammad. Al Qur'an disejajarkan dengan iklim Arab, adat istiadat Arab
dan lain-lain. Jadi Al Qur'an dan Hadits dianggap bukan landasan Islam, hanya
setingkat adat Arab saja.
Tokoh-tokohnya:
- Nurcholish Madjid -
Paramadina Jakarta
- Charles Kurzman - University
North Carolina
- Azyumardi Azra - IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
- Abdallah Laroui - Muhammad V
University Maroko
- Masdar F. Mas'udi - Pusat
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat Jakarta
- Goenawan Mohammad - Majalah
Tempo
- Edward Said
- Djohan Effendi - Deakin
University Australia
- Abdullah ahmad an-Naim - University
of Khartoum Sudan
- Jalaludin Rahmat, Yayasan
Muthahhari Bandung
- Asghar Ali Engineer
- Nasaruddin Umar - IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
- Komaruddin Hidayat -
Paramadina
- Said Agil Siraj - PBNU
- Denny JA, Univ. Jayabaya
- Rizal Mallarangeng - CSIS
- Budi Munawar Rahman -
Paramadina
- Taufiq Adnan Amal - IAIN
Alauddin Makassar
- Hamid Basyaib - Yayasan
Aksara
- Ulil Abshar Abdalla -
Lakpesdam NU
- Luthfi Assyaukanie -
Paramadina
- Ade Armando - UI
- Syamsurizal Panggabean - UGM
- Ihsan Ali Fauzi - Ohio University
- Syaiful Mujani - Ohio
University
- Mohammad Arkoun - University
of Sorbone Perancis
- Sadeq Jalal Azam - Damascus
University Suriah
0 komentar:
Posting Komentar