PENDAHULUAN
Penelitian evaluatif terhadap
pendidikan IPA di SLTP yang dilaksanakan di lima provinsi pada tahun 1996
menunjukkan bahwa pendidikan IPA di SLTP masih mengalami berbagai kendala. Evaluasi
tersebut [1] menunjukkan adanya masalah-masalah dalam pendidikan IPA di SLTP,
meliputi: 1) pendidikan selama ini dianggap sebagai hal yang didaktik dimana
siswa hampir tidak mempunyai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri terhadap
ide-ide serta konsep-konsep yang mereka punyai, 2) metode-metode pembelajaran
yang diterapkan kurang mampu memotivasi siswa untuk bertanya, 3) pada saat
siswa berkesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan kembali
informasi yang telah diterimanya, seringkali terlihat bahwa pemahaman mereka
terhadap konsep (informasi) tersebut sangat dangkal dan bahkan mereka tampak
kurang mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalan yang diberikan padanya
dengan informasi yang dimilikinya, 4) siswa kurang berkesempatan
untuk melakukan kegiatan
praktek, antara lain disebabkan oleh strategi pembelajaran yang diterapkan,
serta sarana dan prasarana yang kurang memadai, 5) proses pembelajaran selama
ini masih menganut falsafah dari ’atas ke bawah’ dan bukan ’dari bawah ke
atas’, yang artinya bahwa apa yang dipelajari oleh siswa di kelas merupakan
materi pengetahuan tingkat lanjut yang diturunkan dari disiplin ilmu tertentu
dan bukan sebaliknya yaitu materi-materi yang menyangkut kehidupan sehari-hari
siswa, 6) kurang adanya konsep yang terintegrasi dan menyatu antara berbagai
disiplin ilmu yang diajarkan, dan 7) ujian-ujian tingkat nasional yang
diberikan disamping dipengaruhi oleh apa yang telah diajarkan, juga sangat
mempengaruhi bagaimana materi tersebut diajarkan.
Padahal kebutuhan siswa yang
harus dipenuhi oleh dunia pendidikan adalah menjadikan mereka sebagai warga
negara yang lebih baik, dapat memahami secara lebih baik lingkungan di mana mereka
tinggal, lebih mampu memenuhi kebutuhannya ...
LANDASAN TEORI
IPA yang terdiri atas fisika, kimia, biologi, dan ilmu
bumi, sekilas tampak sangat berbeda satu dengan lainnya. Seseorang memerikan
masing-masing cabang IPA tersebutsebagai rumus-rumus, zat dalam tabung reaksi,
jaring kupu-kupu, dan gunung berapi. Secara historis cabang-cabang IPA telah
disajikan sebagai suatu kesatuan yang diskret, masing-masing terpisah menurut
realismenya sendiri-sendiri. Kemudian, banyak kerja yang penting dan menakjubkan
dalam IPA saat ini berada pada batas dimana beberapa cabang IPA bertemu
sehingga hasil kerja tersebut sudah tidak jelas lagi apakah murni fisika,
biologi, geologi, atau kimia [3].
...
METODE PENELITIAN
Rancangan studi ini terdiri atas dua macam. Pada tahun
pertama (1999-2000) studi ini menerapkan rancangan penelitian tindakan. Sedangkan
pada tahun kedua (2000-2001) dan ketiga (2001-2002) studi ini berada pada jalur
penelitian eksperimen semu (quasi
experimentation) dengan rancangan posttest only control group design.
Sebagai kelompok kontrol dipilih masing-masing tiga SLTP di Surabaya dan di
Malang dengan ciri-ciri anggota kelompok yang sepadan dengan kelompok
eksperimen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Studi IPA Terpadu di Jawa Timur
telah dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun pelajaran dan
menghasilkan berbagai perangkat keras dan perangkat lunak IPA Terpadu untuk SMP.
Hasil-hasil kegiatan Studi IPA Terpadu di Jawa Timur
dapat diuraikan sebagai berikut. Studi IPA Terpadu di Jawa Timur telah menghasilkan
berbagai perangkat pembelajaran.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari Studi IPA Terpadu di
Jawa Timur adalah sebagai berikut. Pertama, berbagai perangkat pembelajaran
yang telah diperbaiki dan disesuaikan dengan lingkungan budaya Indonesia telah dihasilkan.
Kedua, ...
UCAPAN TERIMA KASIH (Jika Ada)
Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada ..., atas
dana tahun ... yang diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
PUSTAKA
[1]
Blazely, L. D. dkk,
1997. JSE Science Handbook:
In-service Training Program for SLTP Teachers. Jakarta: CPCU JSE Project.
[2]
Blazely, L. D., 1998.
Terms of Reference: Experimental Study
of JSE Science Teaching Methods. Jakarta : CPCU JSE Project.
[3]
Ellis, Arthur K dan
Stuen, Carol J. 1998. The
Interdisciplinary Curriculum. New
Jersey : Eye on Education
[4]
Carin, Arthur A. 1993. Teaching Modern Science, Six Edition. New York : Macmillan Publishing Company
[5]
Koes H, Supriyono dan Alimufi Arief, 2001. Pembelajaran IPA yang Menyenangkan. Makalah
dalam Simposium Guru Nasional.
[6]
Hassard, Jack, 1992. Minds
on Science: Middle and Secondary School Methods. New York : HarperCollins
Publishers.
[7]
Koes H, Supriyono dan Alimufi
Arief,
2002. Model Pembelajaran IPA Terpadu: Refleksi
Studi IPA di Jawa Timur. Jurnal Gentengkali No. 4 Tahun 2002.
[8]
Koes H, Supriyono, 2000. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Fisika. Makalah
dalam Seminar JICA.
[9]
Erickson, L., 1993. Integrating
the Curriculum: Procedures and Pitfalls. Curriculum in Context.
Fall/Winter, p. 7 - 9
[10]
…
0 komentar:
Posting Komentar