Categories

Lesson 6

Blog Archive

Follower

Statistik

Get Gifs at CodemySpace.com

STATE STREET BOSTON CORPORATION

1.     Latar Belakang Perusahaan
Cikal bakal tertua State Street Boston Corporation berawal dari berdirinya Union Bank pada tahun 1792, yang merupakan bank tertua di negara bagian Massachusetts dan tertua kedua di Amerika Serikat. Pada tahun 1961, terjadi penggabungan tiga belas bank, termasuk Union Bank, menjadi State Street Bank and Trust Company. Selanjutnya, perusahaan ini berubah nama menjadi State Street Boston Corporation pada tahun 1977.
State Street Boston Corporation (selanjutnya disebut State Street) berkantor pusat di Boston, Massachusetts. Perusahaan ini merupakan perusahaan jasa finansial untuk investor-investor institusi hampir di seluruh dunia. Saat ini, State Street mempunyai karyawan sebanyak 17.000 orang, yang tersebar pada 85 pasar-pasar dan kantor-kantor cabang di 24 negara. Struktur organisasi State Street dapat dilihat pada gambar 1.
Visi State Street adalah "Serving Institutional Investors Worldwide", yang kemudian diperjelas lagi menjadi "Worldwide, everything we do is built around serving institutional investors throughout the investment cycle". Siklus investasi yang dimaksud disini adalah pre-trade, trade, dan post-trade. Contoh layanan ataupun informasi yang diberikan:

o         Pre-trade
·         Data fundamental, data pasar, dan data-data terbaru lain.
·         Alat bantu untuk manajemen portfolio.
·         Analisis.
o         Trade
·         Transaksi dengan mata uang asing.
·         Penjaminan transaksi sekuritas.
·         Pengelolaan fixed income.
·         Transaksi ekuitas.
·         Agen pemesanan.
·         Alat bantu untuk manajemen perdagangan.
o         Post-trade
·         Laporan elektronik.
·         Akuntansi portfolio.
·         Jasa custody.
·         Analisis kinerja.
Kesemua layanan tersebut diterapkan pada 3 (tiga) bisnis usaha State Street: layanan aset finansial global, manajemen aset, dan penjaminan transaksi komersial. Layanan aset finansial global mencakup custody, penilaian portfolio harian, akuntansi portfolio dan buku besar dengan beragam mata uang, manajemen keuangan, dan lain-lain. Manajemen aset mencakup layanan manajemen investasi, jasa konsultasi bisnis, dan lain-lain. Penjaminan transaksi komersial melalui bank komersial mencakup pembayaran, pengumpulan, dan pembuatan-pembuatan dokumen untuk importir dan eksportir, jasa perbankan internasional, dan lain-lain. Pada tahun 1994, kontribusi layanan aset finansial global, manajemen aset, dan transaksi komersial kepada pendapatan bersih State Street masing-masing sebesar 72%, 16%, dan 16%.
Sepanjang tahun 1980-an hingga awal 1990-an, State Street mendapat keuntungan finansial yang sangat menakjubkan. Sejak awal 1980-an, ROE (return on equity) dari State Street rata-rata di atas 17%. Antara tahun 1988 hingga 1993, rata-rata pertumbuhan per tahun dari fee revenue, total revenue, dan net income masing-masing 16%, 14%, dan 14%. Pada akhir tahun 1993, State Street memiliki aset finansial $1,6 triliun under custody dan $142 miliar under management. Performansi keuangan yang sangat menakjubkan ini membuat iri pesaing-pesaing State Street.

Gambar 1. Struktur Organisasi State Street

Semua prestasi tersebut dapat dicapai State Street akibat dari langkah-langkah reengineering yang dilakukannya, mulai pertengahan tahun 1970-an. Sebelumnya, pada tahun 1975 State Street sempat mengalami krisis keuangan akibat kredit-kredit yang macet. Tekanan dari dalam perusahaan tersebut akhirnya dapat diatasi, namun tantangan dari luar perusahaan juga memaksa State Street untuk melakukan retooling besar-besaran. Tantangan luar tersebut berasal dari customer (permintaan yang semakin beragam dan kompleks), competitor (semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang terjun dalam bisnis layanan manajemen aset finansial), change (perubahan-perubahan dalam pasar dan regulasi pemerintah). Saat ini, State Street sendiri sudah mengidentifikasi adanya 4 kecenderungan yang dapat menjadi peluang bisnis :
¨       Populasi penduduk dunia berusia lanjut (> 60 tahun) semakin banyak.
Hal ini disebabkan tingkat kesehatan yang semakin baik. Kecenderungan yang terjadi, semakin banyak karyawan yang pensiun lebih dini, karena ingin menikmati masa pensiun yang lebih lama. Mereka menginginkan jaminan investasi untuk hari tua.
¨       Pergeseran dari jaminan pensiun pemerintah ke jaminan pensiun swasta.
Di masa sekarang ini, orang lebih menyukai jaminan pensiun dari perusahaan swasta dibandingkan dari pemerintah.
¨       Pertumbuhan investasi melewati batas-batas negara.
Globalisasi di bidang bisnis menyebabkan perusahaan-perusahaan investasi berusaha menanamkan modalnya di seluruh dunia.
¨       Kompleksitas yang meningkat di bidang investasi.
Perubahan pasar dan regulasi mendorong munculnya strategi-strategi investasi yang baru dan semakin kompleks.
Berikut ini akan dijelaskan reengineering yang dilakukan State Street menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

2.     Reengineering

Reengineering yang dilakukan State Street:
v  Pada tahun 1976, untuk mengatasi krisis keuangan saat itu, State Street melepaskan bisnis perbankan ritel-nya dan menjual bank-bank komunitas yang berafiliasi dengannya. Tindakan ini diikuti dengan perubahan fokus bisnis perusahaan ke arah layanan manajemen aset finansial dengan memanfaatkan teknologi informasi. State Street berkeyakinan bahwa potensi utama yang dimilikinya adalah sebagai penyedia informasi untuk investor-investor institusi.
v  Perubahan fokus bisnis di atas belum dapat berjalan baik dengan infrastruktur teknologi informasi yang ada. Oleh karena itu, pada tahun 1988, State Street melakukan kembali reengineering terhadap infrastruktur teknologi informasi. Hingga tahun 1994, sistem-sistem baru yang dihasilkan adalah Multi-Currency HORIZON (MCH) dan Global HORIZON Interchange (GHI). Kedua sistem ini tidak hanya digunakan untuk mengatasi tantangan-tantangan saat itu, melainkan juga mengantisipasi tantangan-tantangan di masa depan. Perubahan drastis terjadi dalam hubungan antara State Street dengan pelanggannya, terutama melalui GHI, dimana pelanggan terkoneksi langsung untuk mengakses informasi-informasi yang disediakan State Street secara real-time.

3.     Model Bisnis

Untuk model bisnis ini, akan digunakan Model Five Forces dari Porter untuk menggambarkan hubungan antara State Street dengan organisasi-organisasi eksternal (lihat gambar 2).
Gambar 2. Model Bisnis State Street
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing kekuatan (force) dalam model tersebut, beserta tindakan-tindakan yang dilakukan State Street menghadapi peluang dan ancaman yang ada.

3.1.    Pesaing

Seperti dijelaskan di atas, State Street memiliki jangkauan bisnis yang sangat luas, mulai dari perbankan, penjaminan sekuritas, hingga manajemen aset. Pesaing-pesaing yang bergerak di bidang-bidang usaha ini sangat banyak, seperti terlihat pada gambar di atas. Menghadapi para pesaing tersebut, State Street dituntut untuk meningkatkan layanannya sesuai kebutuhan pelanggan. Salah satu usaha State Street untuk memenangkan kompetisi ini adalah dengan pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi ini merupakan "napas" bagi kelangsungan hidup State Street. Dalam misi perusahaan, kata "teknologi informasi" bahkan diletakkan mendahului bisnis usahanya. Ini menunjukkan peran besar teknologi informasi dalam bisnis State Street. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, State Street berhasil unggul dalam harga (termurah), kualitas layanan, dan kecepatan layanan. Sebagai contoh, State Street berhasil meyakinkan GEIC (General Electric Investment Corporation), CalSTRS (California State Teachers Retirement System), dan CalPERS (California Public Employees' Retirement System) untuk memanfaatkan jasanya.

3.2.    Pendatang Baru

Para pendatang baru dalam bisnis ini merupakan perusahaan-perusahaan sejenis yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri. State Street harus mewaspadai para pendatang baru ini, terutama yang berasal dari luar negeri. Untuk menghadapi tantangan ini, State Street dituntut untuk selalu menyesuaikan bisnisnya dengan pasar lokal maupun pasar global. Analisis pasar harus selalu dilakukan untuk melihat peluang-peluang yang bisa dimasuki. Di sini, peran besar teknologi informasi juga diperlukan. Pemanfaatan teknologi informasi bisa menjadi entry barrier bagi pendatang-pendatang baru yang belum banyak memanfaatkan teknologi informasi.

3.3.    Produk Pengganti

Konsultan bisnis dapat menjadi ancaman bagi usaha State Street, karena sama-sama menyediakan layanan konsultasi untuk manajemen investasi perusahaan. Akuntan publik dapat menjadi ancaman, karena sama-sama memberikan layanan back office untuk finansial perusahaan. Internet banking dapat memudahkan pelanggan untuk memanfaatkan layanan perbankan, sehingga dapat mengancam bisnis perbankan State Street. Demikian pula, transaksi melalui internet (misal e-commerce) yang saat ini sudah banyak digunakan. Ada kemungkinan di masa depan, transaksi sekuritas/saham dan surat-surat berharga lain dapat dilakukan melalui internet. Untuk mengantisipasi produk-produk pengganti ini, State Street harus berinovasi dalam pemanfaatan teknologi informasinya. Layanan-layanan baru yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan harus terus-menerus dihasilkan. Hingga akhir tahun 1994, sudah ada 12 aplikasi yang berhasil dibangun untuk arsitektur GHI. Jumlah layanan yang disediakan State Street mencapai 60 jenis hingga tahun 1998.

3.4.    Penyuplai

Pemerintah merupakan penyuplai bagi State Street, karena regulasi yang dikeluarkan pemerintah dapat mengubah proses bisnis di dalam State Street. Regulasi pemerintah tersebut dapat menjadi peluang ataupun ancaman bagi bisnis State Street. Untuk menghadapinya, State Street memanfaatkan teknologi informasi yang fleksibel terhadap perubahan bisnis.
Penyuplai-penyuplai yang lain merupakan vendor-vendor hardware dan software dari infrastruktur teknologi informasi State Street. Kerjasama dengan vendor-vendor ini perlu dijalin, sehingga kebutuhan-kebutuhan infrastruktur State Street dapat dipenuhi dengan cepat dan murah. Kelangsungan bisnis State Street sangat bergantung pada infrastruktur teknologi informasi yang ada.

3.5.    Pembeli

Pembeli/pelanggan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan State Street. Dengan berbagai alternatif-alternatif investasi yang ada saat ini, pelanggan dapat memilih layanan mana yang paling menguntungkannya. Supaya dapat menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya, State Street harus melakukan analisis pasar, dan memberikan layanan sesuai keinginan pelanggan. Saat ini, State Street mengidentifikasi pelanggan-pelanggannya menjadi 8 segmen pasar, seperti terlihat pada bisnis model di atas. Pada masing-masing segmen pasar tersebut, State Street menawarkan layanan-layanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mempertahankan pelanggan-pelanggan besar, State Street melakukan kerjasama dengan membentuk virtual corporation. Keunggulan State Street dalam pengolahan data dan memberikan informasi dapat memberikan keuntungan bagi pelanggan-pelanggan besar untuk memfokuskan diri pada bisnisnya. Jaringan teknologi informasi State Street dihubungkan dengan pelanggan-pelanggan besar, sehingga mereka dapat mengakses informasi dari State Street secara real-time.

4.     Proses Bisnis

Proses bisnis layanan akuntansi dan laporan kepada pelanggan akan digambarkan berikut ini dengan menggunakan Model WCA (work-centered analysis).



 
Gambar 3. Proses Bisnis Layanan Akuntansi (Sebelum dan Sesudah BPR)



 
Gambar 4. Proses Bisnis Laporan kepada Pelanggan (Sebelum dan Sesudah BPR)

4.1.    Proses Bisnis Layanan Akuntansi

Sebelum BPR, sistem lama hanya dapat memberikan layanan akuntansi untuk transaksi sekuritas dalam negeri (satu jenis mata uang). Disamping itu, layanan akuntansi tersebut tidak menyeluruh sampai dokumen-dokumen yang dihasilkan. Setelah BPR, sistem baru dapat memberikan layanan akuntansi untuk transaksi sekuritas dalam dan luar negeri (berbagai mata uang). Dokumen-dokumen transaksi dapat dihasilkan secara otomatis, lengkap dengan informasi biaya pajak, tanggal transaksi, dan lain-lain.

4.2.    Proses Bisnis Laporan kepada Pelanggan

Sebelum BPR, pelaporan kepada pelanggan masih melibatkan beberapa bagian. Selain itu, masih diperlukan pengecekan secara manual serta pengiriman laporan melalui jasa Federal Express. Dengan teknologi yang baru sesudah BPR, pelaporan cukup dikerjakan oleh satu bagian saja. Proses pengecekan cukup dilakukan oleh sistem secara otomatis. Untuk pengiriman pelaporan tersebut juga dilakukan secara elektronik.

5.     Peran Teknologi Informasi dalam BPR

Seperti sudah disinggung sebelumnya, teknologi informasi merupakan "napas" bisnis State Street. Kesungguhan manajemen dalam investasi teknologi informasi ini dapat dilihat pada hal-hal berikut:
Ø  Alokasi biaya untuk teknologi informasi yang tinggi. Sebagai contoh, pada tahun 1993, State Street menyediakan 10% pendapatannya atau kurang lebih $120 juta untuk teknologi informasi.
Ø  Semua sistem dibangun oleh pegawai State Street sendiri. Teknologi informasi dipandang sebagai senjata untuk berkompetisi, karena itu pengembangannya tidak diserahkan kepada pihak lain, melainkan dikerjakan sendiri.
Ø  Posisi yang tinggi dari CIO (chief information officer), dimana kedudukannya setingkat EVP (executive vice president). Semua pengembangan sistem diawasi langsung oleh CIO.
Ø  Jumlah personel di Divisi Teknologi Informasi mencapai 900 orang hingga tahun 1994. Besarnya personel ini bertujuan untuk menjaga kesinambungan operasi dari teknologi informasi yang ada. Sebanyak 500 orang dari personel-personel tersebut disebarkan ke unit-unit bisnis di seluruh State Street. Sisanya difokuskan untuk pengembangan sistem baru, menangani arsitektur teknologi informasi, dan mengatasi isu-isu baru.
Sebelum reengineering dilakukan, State Street sudah memanfaatkan teknologi informasi untuk bisnisnya, terutama untuk layanan back office. Sistem yang lama ini dirasakan kurang fleksibel, bahkan para eksekutif memandang sistem tersebut sebagai "halangan" yang mengikat ekspansi bisnis State Street. Reengineering terhadap infrastruktur teknologi informasi perlu dilaksanakan segera. Reengineering ini tidak hanya sebatas mengganti infrastruktur tersebut, melainkan juga dilakukan perubahan fundamental dalam hubungan antara State Street dengan pelanggan. Sistem yang baru diharapkan dapat memberikan informasi yang real-time kepada pelanggan-pelanggan State Street. Penggantian sistem ini memakan waktu yang cukup lama, dari 1989 sampai 1994.
Peran teknologi informasi setelah reengineering dapat dilihat pada dua sistem baru yang dihasilkan:
:  Multi-Currency HORIZON (MCH). Penggunaan sistem ini memungkinkan layanan akuntansi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis mata uang, fleksibel untuk digunakan pada berbagai kondisi, dan dapat memberikan hasil secara real-time.
:  Global HORIZON Interchange (GHI). Sistem ini diharapkan dapat mendukung jutaan pelanggan. Melalui sistem ini, manajer-manajer investasi dapat lebih memfokuskan waktunya untuk pengambilan keputusan, pelanggan dapat mengakses informasi yang diinginkannya untuk kebutuhan analisis, pelaporan kepada pelanggan dapat dilakukan dengan lebih efisien, dan berbagai keuntungan lain.
Berbagai karakteristik BPR yang diperoleh State Street melalui pemanfaatan teknologi informasi ini:
+        Beberapa pekerjaan digabungkan menjadi satu. Sebagai contoh, manajer investasi tidak lagi kesulitan mencari informasi di berbagai lokasi. Dengan menggunakan basis data terdistribusi, pencarian informasi dapat dilakukan secara transparan dan dalam waktu singkat.
+        Langkah-langkah proses bisnis tetap natural, sementara beberapa pekerjaan dapat dilakukan secara simultan. Sebagai contoh, proses bisnis layanan akuntansi setelah BPR tidak berubah, akan tetapi penghitungan pajak, pembuatan dokumen, dan aktifitas-aktifitas lain dapat dilakukan sekaligus secara fleksibel.
+        Proses-proses dapat memiliki banyak versi. Sebagai contoh, layanan-layanan yang diberikan State Street mencapai 60 variasi, sesuai kebutuhan pelanggan. Untuk menangani aneka ragam variasi tersebut, teknologi informasi dari State Street dibuat sefleksibel mungkin.
+        Pekerjaan dilakukan di tempat yang paling menguntungkan. Sebagai contoh, penempatan data disesuaikan dengan kebutuhan, ada yang diletakkan di State Street dan ada yang diletakkan di pelanggan. Hal ini untuk menunjang kecepatan layanan yang diberikan.
+        Pengontrolan, pengecekan, dan berbagai aktifitas tidak bernilai diminimalkan. Sebagai contoh, aktifitas pengecekan pelaporan kepada pelanggan dihilangkan. Pengecekan cukup dilakukan oleh sistem, sehingga resiko kesalahan minimal.
+        Rekonsiliasi diminimalkan dengan mengurangi jumlah kontak eksternal. Sebagi contoh, pelanggan-pelanggan besar yang terhubung dengan jaringan teknologi informasi State Street dapat langsung mengakses informasi yang diinginkannya. Tidak diperlukan lagi adanya kontak eksternal untuk melayani kebutuhan pelanggan.

6.     Isu BPR

Reengineering yang dilakukan State Street berlangsung dengan baik dan berhasil, dapat dilihat dari hal-hal berikut:
·         Pendapatan State Street meningkat terus secara konstan, meskipun kompetisi bisnis semakin ketat.
·         State Street berhasil meyakinkan pelanggan-pelanggan besar, seperti GEIC dan CalPERS, meskipun saat itu reengineering belum selesai dilaksanakan.
·         Hingga saat ini State Street masih menjadi leader dalam bisnis layanan aset finansial. Pesaing-pesaing lain juga sangat terkesan dengan kinerja keuangan State Street.
·         Dengan memanfaatkan teknologi informasi yang baru, hingga tahun 1998 State Street dapat memberikan 60 jenis layanan berbeda. Produk-produk yang mass customization ini dimungkinkan karena keberhasilan reengineering di bidang teknologi informasi.
Kunci sukses keberhasilan reengineering di State Street:
¨       Dukungan dan komitmen dari eksekutif. Pada saat proposal MCH diusulkan, Chairman State Street memberikan dukungan dan komitmennya untuk pelaksanaan sistem tersebut, meskipun pengembangannya memakan banyak biaya. Pembiayaan projek yang biasanya bersifat bottom-up (dari unit-unit bisnis), pada projek ini dilakukan secara top-down. CIO Street State memberikan perhatian khusus pada pengembangan MCH dan GHI. Meskipun ada perasaan ragu saat peluncuran GHI, keyakinan yang besar dari pihak eksekutif memberikan hasil yang memuaskan.
¨       Reengineering dilakukan secara fundamental, dengan perencanaan yang baik, sehingga merubah hubungan antara State Street dengan pelanggan. Perubahan yang drastis ini merupakan inovasi baru dalam bisnis State Street, sehingga memberikan keunggulan bersaing bagi State Street.
¨       Teknologi informasi bukan saja menjadi faktor enabler dari keberhasilan reengineering, tetapi juga menjadi "napas" bagi bisnis State Street.
¨       Pengembangan teknologi informasi dilakukan melalui laboratorium-laboratorium kecil, dilakukan sendiri oleh State Street. Pengujian terhadap sistem ini juga dilakukan pada skala riil. Kerjasama dengan pelanggan-pelanggan seperti GEIC dan CalPERS, menjadi faktor pendukung kesuksesan reengineering.
Implikasi positif dari BPR:
3         Kualitas layanan kepada pelanggan meningkat. Berbagai jenis layanan dapat ditawarkan kepada pelanggan.
3         Hubungan antara State Street dengan pelanggan-pelanggan besar menjadi lebih kuat, dan dapat mengarah pada terbentuknya virtual corporation.
3         Proses-proses bisnis dalam State Street menjadi lebih efisien. Berbagai pengeluaran yang tidak perlu, seperti pencetakan dokumen-dokumen, dapat dikurangi.
3         State Street menjadi market leader yang cukup disegani oleh pesaing-pesaing lain.
3         Peluang pasar yang terbuka dalam bisnis teknologi informasi, dimana State Street memiliki banyak tenaga ahli di bidang tersebut.
Implikasi negatif dari BPR:
7         Masalah keamanan data merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian, apalagi dengan diperbolehkannya pelanggan mengakses informasi-informasi dalam State Street.
7         Investasi yang besar di bidang teknologi informasi membuat pendapatan tahunan State Street tidak meningkat drastis. Biaya perawatan teknologi informasi yang besar juga akan menjadi fixed cost bagi State Street.
7         Jumlah karyawan di Divisi Teknologi Informasi yang meningkat drastis. Hal ini bisa menyebabkan pergeseran kompetensi bisnis dari State Street.

7.     Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini:
-        Reengineering berhasil dilakukan dengan baik pada kasus State Street, terbukti dengan pendapatan yang tetap meningkat, berhasil menjaring pelanggan-pelanggan baru, menjadi leader dalam bisnisnya, dan dapat memberikan berbagai jenis layanan sesuai keinginan pelanggan.
-        Kunci keberhasilan reengineering ini adalah dukungan dan komitmen eksekutif, reengineering dilakukan secara fundamental, teknologi informasi sebagai faktor enabler dan "napas" bisnis, dan pengembangan sistem yang berhasil melalui kerjasama dengan pelanggan-pelanggan besar.
-        Implikasi positif dari BPR antara lain peningkatan kualitas layanan, hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan, efisiensi proses bisnis, menjadi market leader, dan peluang pasar baru di bidang teknologi informasi.
-        Implikasi negatif dari BPR antara lain masalah keamanan data, biaya investasi teknologi informasi yang besar, dan kemungkinan pergeseran kompetensi bisnis.

0 komentar:

Posting Komentar