Akuntansi
dan Penilaian Kinerja
Laporan
keuangan memberikan ikhtisar mengenai keadaan suatu perusahaan, yang disebut neraca
yang mengungkapkan nilai aktiva, utang dan modal pada suatu saat tertentu, dan
laporan laba rugi yang melaporkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode
tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.
Untuk
mengukur tingkat pengembalian suatu investasi atau modal terdapat beberapa alat
ukur, mulai dari ROI (return on investment), ROE (return on equity), EPS
(earning per share), dan lain-lain.
Indikator
yang paling sering digunakan selama ini dalam menilai kinerja adalah ROI (return
on investment). ROI adalah perbandingan antara laba dengan jumlah
investasi. ROI menggambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Perhitungan ROI didapat
dari keuntungan netto sesudah pajak dibagi jumlah aktiva dan hasilnya berupa
persentase. Namun, perhitungan ROI dirasakan mempunyai beberapa kelemahan:
- ROI tidak membawa keadilan bagi sesama pusat pendapatan. Kenaikan dalam ROI belum tentu berarti bagus bagi para pemegang saham.
- Banyaknya biaya diluar kendali
- Dampak jangka panjang
Economic
Value Added (EVA)
Sebagai
alternatif dari ROI adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba
ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat
tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua modal biaya operasi (operating
cost) dan biaya modal (cost of capital).
Rumus EVA
l EVA = NOPAT – Capital Charges
Keterangan:
NOPAT = Net
Operating Profit After Tax/Keuntungan bersih setelah pajak
Capital
Charges = Invested Capital x Cost of Capital
Atau bisa
juga
l EVA= EBIT-Tax-WACC
Ket:
EBIT= Laba
Usaha Sebelum Bunga dan Pajak
Tax = Pajak
Penghasilan Perusahaan
WACC =
Biaya modal rata-rata
Berdasarkan
rumus diatas maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan manajemen dalam
mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan EVA, antara lain:
l Menghitung biaya modal
l Menghitung besarnya struktur
permodalan/pendanaan
l Menghitung biaya modal rata-rata
tertimbang (WACC)
l Menghitung nilai EVA
Ukuran
Kinerja
Hasil
penilaian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan ukuran EVA dapat
dikelompokkan kedalam 3 kategori yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
l Nilai EVA>0 atau EVA bernilai
positif
Pada posisi
ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah
ekonomi bagi perusahaan.
l Nilai EVA = 0
Pada posisi
ini berarti manajemen perusahaan berada pada posisi titik impas. Perusahaan
tidak mengalami kemunduran tetapi sekaligus tidak mengalami kemajuan secara
ekonomi
l Nilai EVA < 0 atau EVA bernilai
negatif
Pada posisi
ini berarti tidak terjadi proses pertambahan nilai ekonomis bagi perusahaa,
dalam arti laba yang dihasilkan tidak dapat memenuhi harapan para kreditor dan
pemegang saham perusahaan (investor).
Langkah
Perbaikan dan Manfaatnya
Terdapat
tiga cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk meningkatkan EVA dari tahun ke
tahun, yaitu sebagai berikut:
l Tingkatkan keuntungan tanpa
menggunakan penambahan modal
l Merestrukturisasi pendanaan perusahaan
yang dapat meminimalkan biaya modalnya
l Investasikan modal pada
proyek-proyek dengan return yang tinggi
Keunggulan
dan Kelemahan EVA
Keunggulan
EVA:
l EVA dapat menyeleraskan tujuan
manajemen dan kepentingan pemegang saham dimana EVA digunakan sebagai ukuran
operasional dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan didalam
menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor
l EVA memberikan pedoman bagi
manajemen untuk meningkatkan laba operasi tanpa tambahan dana/modal, mengekposur
pemberian pinjaman (piutang), dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan
tinggi.
l EVA merupakan sistem manajemen
keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis, mulai dari strategi dan
pergerakkanya sampai keputusan operasional sehari-hari
Kelemahan
EVA:
l Sulitnya menentukan biaya modal yang
benar-benar akurat, khususnya biaya modal sendiri. Terutama dalam perusahaan go
public biasanya mengalami kesulitan dalam perhitungan sahamnya.
l Analisis EVA hanya mengukur faktor
kuantitatif saja. Sedangkan, untuk mengukur kinerja perusahaan secara optimum,
perusahaan harus dikur berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif
Residual
Income (RI)
Residual
Income (RI) adalah laba yang dihasilkan diatas target pengembalian investasi
pada suatu pusat laba.
RI =
Laba – (Investasi x Target ROI)
Keunggulan
dan kelemahan RI
Keunggulan
RI:
l Membuat semua pusat laba memiliki
sasaran yang sama untuk pusat investasi yang sebanding
l Dapat digunakan tarif beban modal
yang berbeda untuk aktiva yang memiliki resiko yang berbeda
Kelemahan
RI:
l RI hanya mendorong manajer pusat
laba untuk berorientasi pada tujuan-tujuan jangka pendek, karena kinerjanya
dibatasi hanya untuk satu periode akuntansi saja.
l RI sangat dipengaruhi oleh metode
depresiasi yang digunakan perusahaan.
l Karena hasil akhir RI adalah berupa
angka absolut, bukan rasio maka sulit untuk membandingkan RI dari satu pusat
laba dengan RI dari pusat laba lainnya yang memiliki jumlah investasi yang
berbeda.
Biaya modal
(Cost of Capital)
Biaya modal
adalah biaya yang harus dibayar oleh perusahaan atas penggunaan dana untuk
investasi yang dilakukan perusahaan, baik dana yang berasal dari utang atau
dari pemegang saham.
Biaya
modal = Tarif bunga pinjaman – (tarif pajak x tarif bunga pinjaman)
Atau
Biaya
Modal = (tarif deviden x nilai nominal saham) : harga pasar saham
Atau
Biaya
modal = (deviden lembar saham saat ini : harga pasar saham) + tingkat
pertumbuhan rata-rata deviden yang diharapkan
0 komentar:
Posting Komentar