Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang
dimaksud iaslah unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsic ialah unsur
yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu
karya sastra, seperti : tema tokoh dan penokohan, alur dan pengeluaran, latae
dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstinsik ialah unsur yang
menyusun sebuah karya sastra dari luasnya menyangkut aspeksosiologi, psikologi,
dan lain-lain.
5.1 Unsur
Intrinsik
a. Tema
dan amanat
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam
karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan.
Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang
bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan
menjassdi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah maknayang diniatkan
oleh pengarang bagi jkarya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makna
yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b. Tokoh
dan penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya
sestra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasnya hanya ada satu tokoh utama.
Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya
sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokohbulat (round
character).
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukka satu
segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampaiu akhir cerita tokoh
yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai
segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang
terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan
ekstrovent. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh
ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialag pribadi tokoh tersebut yang
ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonist
dan antagonis. Protagonisialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra
karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat
sastra karena sifat-difatnya.
Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara
menampilkan tokoh. Ada
beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara cara penampilan
tokoh secara langsung malalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan cirri-ciri
tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatic, ialah cara mnampilkan tokoh tidak
secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau
penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu ceita. Dialog ialah cakapan antara
seorang tokoh dengan banyak tokoh. Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja.
Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi.
Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akakn terjadi.
c. Alur
dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang
memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat,
dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian:
1) Awal,
yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
2) Tikaian,
yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
3) Gawatan
atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.
4) Puncak,
yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokhnya.
5) Leraian,
yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai
terungkap.
6) Akhir,
yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengeluaran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan
alur. Menurut kualitasnya, pengeluaran dibedakan menjadi alur erat dan alur
longgar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita.
Alur longgar ialah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut
kualitasnya, pengeluaran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur
tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur
yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengeluaran
dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang
melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur
tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir
cerita. Alur tidak lurus bias menggunakan gerak balit (backtracking), sorot
balik (fashback), atau campuran keduanya.
d. Latar
dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu
terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar
atau setting dibedakan menjadi atar material dan social. Latar material ialah
lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada.
Latar sosial, ialah lukjisan tatakrama tingkah laku, adapt, dan pandangan
hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e. Pusat
Pengisahan
Pusat pengisahan ialah dari mana suatu cerita
dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah pribadi yang diciptakan
pengarang untuk menyampikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu
pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai
orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya
sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga , pencerita tidak terlibat
dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang
serba tahu.
f. Karakter
Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia,
tumbuhan maupun benda. Karakter dapat dibagi menjadi:
1. Karakter
utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam cerita.
2. Karakter
pembantu: tokoh yang mendamping karakter utama.
3. Protagonis:
karakter/tokoh yang mengangkat tema.
4. Antagonis:
karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan
karakter protagonis.m(ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)
5. Karakter
statis (flat/ static character): karakter yang tidak mengalami perubahan
kepibadian atau cara pandang dari awal samp[ai akhir cerita.
6. Karakter
dinamis (Round/dynamic character): kasrakter yang mengalami perubahan
kepribadian dan cara pandang . karakter ini biasanya dibuat semirip mungkin
dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.
Catatan: karakter pembantu biasanya aadalah karaker
statis karena tidak digambarkan secara detail oeh penulis sehingga peruybahan
kepibadian dan cara pandangnya tidak pernah terlihat secara jelas.
g. Karakterisasi
Cara penulis menggamnarkan karakter. Ada banyak cara untuk menggali penggambaran
karakter, secara garis besar karakterisasi ditinjau melalui dua cara yaitu
secara naratif dan dramatic. Tekniknaratif berarti karakterisasi dari tokoh
dituliskan langsung oleh penulis atau narrator. Teknik daramatik dipakai ketika
karakterisasi torkoh terlihat dari antara lain: penampilan fisik karakter, cara
berpakaian, kata-kata yang diucapkan, dialognya dengan karakter lain, pendapat
kerakter lain, dll.
h. Konflik
Konfklik adalah pergumulan yang dialami olh karakter
dalam serita dan. Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada
akhirnya memberntuk plot. Ada
empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
Konflik internal
Individu-diri sendiri: konflik ini tidak melibatkan orang lain,
konflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai
beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam
usahanya menghadapi gejolak tersebut.
Konflik eksternal
Individu-individu: onflik
yang dialami dedeorang dengan orang lain.
Individu-alam: konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik
ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri
dalam kebesaran alam.
Individu-Lingkungan/masyarakat: konflik yang dialami
individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
i.
Symbol
Symbol digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak.
Contoh: burung gagak (kematian).
j.
Sudut Pandang
Sudut pandang yang dipilih penulus untuk menyampaikan ceritanya.
1. Orang
pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, iini diutandai dengan
penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak
mengetahui segala ha yang tidak diungkapkan oleh sang narrator. Keuntungan dari
teknik ini dalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
2. Orang
kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘anda’. Teknik ini
jarang sipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
3. Orang
ketiga: cerita dikisahkan mnggunakan kata ganti orang ketiga, seperti:mereka
dan dia.
k. Teknik
Penggunaan Bahasa
Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih
kata-kata yang dipakainya sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai
kepada pemabaca. Selain itu, teknik penggunaan bahasa yang baik juga membuat
tuisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya
menggunakan majas, idiom, dan peribahasa.
5.2 Unsur
Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik sebuah karya sasta dari luarnya menyangkut aspek
sosiologi, psikologi, dan lain-lain. Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh
otonom, tetapi selalu pastibewrhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra,
dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan
llingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari
luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik ,
diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi,filsafat, dan
lain-lain.
Menurut Tuhusetya (2007), sebuah karya sastra yang baik mustahil dapat
menghindarkan dari dimensi kemanusiaan. Kejadia-kejadian yang terjadi dalam
masyarakat pada umumnyadijadikan seumbner ilham, bagi para sastrawan untuk
membuat suatu karya sastra.
Seorang sastrawan mamiliki penalaran tinggi, mata batin yang tajam, dan
memiliki daya intuitif yang peka. Kelebihan-kelebihan itu jarang sekali
ditemukan pada orang awam. Dalam hal ini, karya sastra yang lahir pun akan
diwarnai oleh latar belakang sosiokultural yang melingkupi kehidupan
sastrawannya.
Suatu keabsahan jika dalam karya sastra terdapat unsur-unsur ekstrinsik
yang turut mewarnai karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik yang dimaksud seperti
filsafat, psikologi, religi gagasan, pendapat, sikap, keyakinan, dan visi lain
dari pengarang dalam memandang dunia. Karena unsur-unsur ekstrinsik itulayh
yang menyebabkan karya sastra tidak mung terhindar dari amanat, tendensi, unsur
mendidik, dan fatwa tentang makna kearifan hidup yang ingin disampaikan kepada
pembaca.
0 komentar:
Posting Komentar