Membaca secara mendalam keberagaman pengertian
sastra yang tersuguh dalam lembaran foto
copy yang diberikan sebagai tugas pemenuhan mata kulian Teori Sastra, terdapat sebuah gambaran
dalam tempurung kepala saya. Dalam gambaran tersebut, muncul sebuah matrikulasi
wilayah sastra, sesuai pelaku sastra, yang dalam makalah, disebut dengan
kelompok masyarakat, sebagai berikut:
Masyarakat Pencipta à Teori Sastra
Masyarakat Pembaca dan Pengkritik à Sejarah dan
Kritik Sastra yang
menghasilkan teori
menghasilkan teori
Maka dari itu, tidaklah dapat disisahkan ketiga
peran kelompok masyarakat tersebut. Karena antara satu dan lainnya saling
memberikan suplemen yang mampu menjadikan sastra sebagai sesuatu yang agung.
Sedikit kemungkinan seorang pencipta dalam wilayah sastra menghasilkan karya
yang sesuai dengan minat pembaca dan mood
publik, tanpa menggunakan teori yang telah disepakati oleh para ahli. Walaupun
tidak sedikit seorang pencipta bergerak bebas yang acuh dengan segala hal
teori, dan akhirnya menawarkan sebuah teori baru sebagai bentuk kredo dalam
karya-karyanya. Dan ini merupakan sebagian kecil dari keagungan ‘sastra’.
Karena sejarah sastra menyebutkan, bahwa sastra merupakan sebuah ciptaan,
sebuah kreasi. Bukan imitasi.
Banyaknya pengertian tentang ‘sastra’ dan
‘kesusastraan’, adalah makna sastra dengan sendirinya. Tidak menutup
kemungkinan, seseorang akan terpuaskan dengan satu wilayah makna saja, akan
tetapi tidak menjangkau sisi lain dari pemaknaan ‘sastra’. Coba kita ambil dari
contoh pengertian yang pertama: Sastra berarti karangan yang baik dan indah.
Nah, ‘baik’ dan ‘indah’ yang mana? Menurut siapa? Apakah semua karangan yang
baik dan indah disebut sastra? Bukankah karya penulis di majalah-majalah porno
juga ‘indah’ dan bahkan ‘baik’ bagi pembacanya?
Maka kemudian, perlulah kita menggunakan definisi
lain untuk melengkapinya. Misalnya definisi yang menyebutkan: sastra adalah
semua buku (karya) dengan perasaan mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan
kesucian, keleluasaan dan bentuk yang mempesona. Dari kalimat ‘kebenaran moral
dengan sentuhan kesucian’ maka jelaslah wilayah ‘baik’ dan ‘indah’ yang
dimaksud pada pengertian yang pertama. Itulah mengapa saya menyimpulkan makalah
yang diberikan oleh dosen mata kuliah ‘teori sastra’, bahwa sastra sebagai
sesuatu yang agung.
0 komentar:
Posting Komentar