Sesuai dengan sifat dan objeknya maka ada beberapa cara untuk
menanggulangi/meminimumkan resiko kerugioan antara lain Djojosoedarso,
2003:
1. Melakukan pencegahan dan pengurangan terhadap kemungkinan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan kerugian misalnya membangun gedung
dengan bahan-bahan yang anti terbakar untuk mencegah terjadinya bahaya
kebakaran, memagari mesin-mesin untuk menghindari kecelakaan kerja,
melakukan pemeliharaan dan penyimpanan yang baik terhadap bahanbahan
dan hasil produksi untuk menghindari resiko kecurian dan kerusakan,
mengadakan pendekatan kemanusiaan untuk mencegah terjadinya
pemogokan, sabotase dan pengacauan.
2. Melakukan retensi, artinya mentolerir membiarkan terjadinya kerugian dan
untuk mencegah terganggunya operasi perusahaan akibat kerugian
tersebut disediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya ( contoh : pos
biaya lain-lain atau tak terduga)
3. Melakukan pengendalian terhadap resiko, contohnya melakukan hedging
untuk menaggulangi resiko kelangkaan dan fluktuasi harga abhan baku
atau inventory sistem yang baik
4. Mengalihkan/ memindahkan resiko kepada fihak lain, yaitu dengan cara
mengadakan kontrak pertangungan (asuransi) terhadap resiko tertentu
dengan membayar sejumlah premi.
208
13.3. Resiko yang dihadapi Pengusaha
Seiring dengan perkembangan usaha yang biasanya diikuti dengan
perubahan gaya manajemen, maka pada saat yang sama para
wirausahawan dihadapkan pada berbagai risiko. Bagi sebagian
wirausahawan yang memiliki keberanian dan kematangan berpikir risikorisiko
tersebut mungkin sudah diantisipasi dan dapat dilalui dengan baik.
Namun bagi sebagian wirausahawan yang lain, risiko yang harus dihadapi
dalam pengembangan usahanya bisa jadi dirasakan terlalu berat dan
penuh ketidakpastian sehingga mereka lebih memilih untuk
mempertahankan status quo. Pada dasarnya ada dua risiko yang dihadapi
oleh para wirausahawan ketika diberikan kesempatan untuk
mengembangkan usahanya. Kedua risiko tersebut adalah:
1. Risiko Riil, adalah risiko yang terlihat, bisa dihitung, bisa diantisipasi
dan bisa dihindari.
Termasuk dalam risiko ini adalah:
• Kehilangan modal baik yang sudah ditanam dan akan ditanamkan ke
dalam perusahaan
• Kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, di masa
sekarang ataupun masa depan
• Kehilangan mata pencaharian untuk menutupi kebutuhan sehari-hari
• Kehilangan kendali atas kekuasaan yang selama ini dimilikinya
(decision-making) karena ada pengalihan gaya bisnis keluarga menjadi
gaya bisnis profesional
Dari keempat risiko riil yang dihadapi oleh seorang wirausahawan seperti
yang disebutkan di atas, risiko yang seringkali terlewatkan dan tidak
dipertimbangkan secara mendalam adalah risiko terakhir, yaitu kehilangan
kendali atau kekuasaan karena perubahan gaya bisnis keluarga ke gaya bisnis
profesional. Banyak wirausahawan yang menganggap hal ini bukan sebuah risiko
yang harus dipertimbangkan dan tetap memaksakan untuk mempertahankan
gaya bisnis lama ke dalam perusahaannya. Kenyataannya, gaya ini seringkali
tidak bertahan lama dan mungkin akan membawa kerugian lain (kehilangan
kesempatan). Di lain pihak penerapan gaya bisnis tersebut justru membuat para
profesional tidak dapat memberikan kemampuan terbaik yang mereka miliki.
2. Risiko Psikologis, adalah risiko yang tidak terlihat, tidak bisa dihitung, bisa
diantisipasi, tetapi belum tentu bisa dihindarkan.
Termasuk dalam risiko ini adalah:
• Kehilangan reputasi (hilang muka, nama besar, citra, dsb) dan risiko
menanggung malu
• Kehilangan kepercayaan – pada diri sendiri dan pada orang lain
(Menjadi paranoid atau blind-dependency)
• Kehilangan perasaan “potent” atau mampu yang akan menyebabkan
hilangnya rasa percaya diri
• Kehilangan jatidiri (terutama bagi mereka yang sudah menganggap
keberadaan perusahaan sebagai keberadaan dirinya sendiri)
• Kehilangan motivasi untuk berjuang
Dampak utama dari pengabaian resiko tersebut adalah perusahaan yang
lamban berkembang dan sumberdaya yang ada menjadi tidak efisien. Revenue
perusahaan tetap tetapi cost menjadi lebih tinggi karena adanya investasi baru
dan menyebabkan menurunnya keuntungan. Selain itu, para pekerja menjadi
bingung karena banyak keputusan yang ambivalen dan tidak jelas arahnya
sesuai dengan kebingungan dan ketidak-jelasan sikap wirausahawan.
Category:
Pengantar Bisnis
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar