eramuslim - Pertanyaan itu wajar timbul bila melihat fenomena perkembangan penyakit yang
begitu cepat dewasa ini. Apakah karena akibat kemajuan teknologi, atau memang manusianya
sendiri yang sudah tak perduli dengan kesehatan.
Untuk mencari jawaban yang tepat memang sangat sulit, apalagi untuk menyamaratakan
jawaban untuk semua jenis penyakit yang muncul. Jawaban untuk penyakit radikal bebas
pasti berbeda hepatitis atau kanker sekalipun.
Menurut Prof. Randolf Nesse dari University of Michigan, tubuh kita manusia tidak didesain
untuk menghadapi abad modern. Sebagai tokoh Darwinisme medicine, ia teguh pada
pendirian bahwa pola dan gaya hidup modern yang membuat lebih banyak orang sakit, selain
jenis penyakit (baru) bermunculan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, 'Penyakit manajer' yang di dunia medis dikenal sebagai
Manager's diseases merupakan bukti ada ketidaksesuaian pasak dari tiang (mismatch) antara
tubuh manusia dengan lingkungannya. Rumah sakit modern banyak merawat orang yang
menjadi korban mismatch, yang kondisi fisiknya tidak lagi seperti nenek moyangnya dulu.
Salah satunya, soal diet. Tubuh manusia sesungguhnya didesain berjalan kaki 20 mil sehari
untuk mencari makan dan minum. Dietnya dipetik dari alam dari jenis yang serba berserat,
rendah lemak, dan amat sedikit garam dapur.
Kultur makan seperti itu yang masih tersisa di zaman modern, bisa ditemukan pada orang
Eskimo, suku Dayak, dan suku-suku di pedalaman lain. Mereka tidak gemuk, tidak terserang
darah tinggi, tidak mengidap sakit jantung atau kanker sebanyak orang modern. Perjalanan
evolusi manusia yang menyebabkan kebanyakan manusia sukar mematuhi nasihat kesehatan.
Tubuh juga mudah beradaptasi untuk menyukai yang sebetulnya tidak sehat, seperti
merokok, menu berlemak, dan kurang gerak. Itu sebab penyakit-penyakit yang dulu tak
muncul, kini malah tampil ke permukaan.
Manusia makin jadi pecundang tiap kali menempuh perjuangannya melawan penyakit. Kurang
menu berserat, banyak lemak dan daging, tak lancar buang air besar yang banyak dikeluhkan
orang modern menjadi penyebab mengapa kanker usus besar semakin meningkat pada orang
modern. Berdasarkan data satu dari 11 orang di dunia mengidap darah tinggi. Padahal, Suku
Hunza di Pakistan rata-rata panjang umur. Pasalnya, mereka lebih banyak makan sayur,
umbi-umbian, dan bebuahan.
Terbukti sekarang bahwa mereka yang vegetarian seperti suku yang rata-rata berumur
panjang itu tensi darahnya lebih rendah dibanding orang yang menu hariannya banyak
daging. Karena daging dicerna lebih lama dibanding sayur. Untuk mengkompensasi
pencernaan itulah tubuh membutuhkan oksigen lebih banyak dalam metabolismenya.
Penyakit kultur modern menggiring orang-oang makan lebih banyak garam dapur. Asin
menjadi cita rasa dominan. Asupan garam dapur orang Amerika, seperti juga kultur modern
umumnya, rata-rata 9 gram (hampir dua sendok teh), yang diperoleh dari restoran dan
makanan siap saji. Padahal, kebutuhan tubuh paling banyak hanya 2,5 gram saja. Kelebihan
sodium itu yang membebani tubuh, dan itu yang berakibat tingginya angka hipertensi di
kalangan orang modern.
Sekarang di negara maju, para dokter berlomba menciptakan diet sehat DASH untuk
mengendalikan hipertensi (Dietary approach to stop hypertension). Dasar ilmiahnya menekan
kandungan natrium (sodium) menjadi serendah mungkin, dengan pilihan menu lebih banyak
sayur dan buah ketimbang dedagingan. Asupan sodium orang Amerika yang mengonsumsi 9
gram garam dapur sekitar 3,5 gram/hari. Itu jauh melebihi kebutuhan harian sodium tubuh.
Ketegangan hidup orang modern juga merangsang saraf simpatik (penggiat), akibat hormon
stres adrenalin terus diperas membanjiri darah. Itu juga yang memacu tekanan darah orang
yang hidup di kota besar menjadi lebih meningkat (diastolic hypertension), batas tekanan
bawahnya cenderung terus meninggi.
Orang modern yang sebetulnya tidak berbakat darah tinggi (sebagian hipertensi sebetulnya
bawaan), tensinya berfluktuasi naik turun melompat-lompat tak terkendali. Tensi liar begini
disebabkan antara lain oleh konsumsi daging, lemak, kolesterol yang berlebihan. Pembuluh
arterial cenderung menguncup (konstriksi). Kalangan medik menjuluki gejala ini sebagai
kultur McDonaldization, ketika gerai burger di mana-mana sudah merambah ke desa-desa.
Dulu tradisi makan orang desa rata-rata bersumber dari ubi, singkong, jagung, yang oleh
kultur orang modern berubah menjadi roti, makanan kaleng, penyedap, dan menu olahan.
Pada saat yang sama, orang modern sendiri kini sudah mulai menyadari pentingnya menu
yang kembali ke alam, dengan memilih sayur dan buah organik, makan gandum, umbiumbian,
dan menjauhi menu restoran siap saji.
Orang modern belakangan ini banyak belajar dari cara makan orang Eskimo dan penduduk
Okinawa Jepang yang lebih banyak mengonsumsi ikan. Dan orang Italia yang doyan makan
kacang-kacangan. Dari suku Hunza yang panjang umur sebab menu utamanya dari alam.
Sementara pada saat yang sama hampir semua hidangan menu modern banyak kehilangan
zat gizi yang dikandung bahan alam. Sebagian zat gizi yang bersifat esensial.
Jangan anggap enteng kekurangan zat nutrisi dalam menu harian. Gejala orang modern
menderita kekurangan gizi, bukan isapan jempol belaka. Kejanggalan itu terjadi lantaran cara
orang-orang merawat hidup sudah menyalahi kaidah hidup yang sesuai desain tubuh
sebagaimana mestinya. Struktur dan susunan gigi geligi manusia saja sudah memperlihatkan
kalau tubuh kita didesain untuk lebih banyak mengasup makanan berserat ketimbang
dedagingan. Kekurangan vitamin, mineral, berpotensi memunculkan penyakit baru atau
penyakit yang seharusnya tidak ada. Peran vitamin B6, B12, asam folat terhadap
homocysteine, misalnya.
Belakangan ini diketahui kalau asam amino homocysteine yang ada dalam darah
menyumbangkan efek pembentukan karat lemak pembuluh darah koroner dan otak (Dr. David
Tanne). Kadar homocysteine ternyata lebih tinggi dibanding orang normal pada orang-orang
yang mewarisi gen itu. Faktor homocysteine merupakan penimbang lainnya yang menyokong
terbentuknya karat lemak dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Kolesterol tinggi saja belum tentu membentuk karat lemak bila homocyteine tidak tinggi, atau
bila tidak ada peradangan pembuluh, atau bila tak ada lemak jahat lainnya. Karena itu, dilihat
kalau terbentuknya karat lemak disumbangkan oleh banyak faktor, selain tingginya lemak
darah.
Kadar homocysteine tinggi bisa ditekan oleh vitamin B6, B12, dan asam folat, yang murah dan
mudah didapat dalam menu harian. Namun, bila menu harian kita kebanyakan menu olahan,
bukan menu alam, bisa kekurangan vitamin yang murah itu. Selenium, manganese,
magnesium, kendati dalam takaran sedikit, tetap dibutuhkan demi kesehatan jantung,
misalnya. Juga peran koenzim Q1O (CoQ10) pada fungsi jantung.
Diduga, menu dan cara makan orang modern banyak menurunkan kecukupan zat gizi harian.
Di antaranya, zat gizi esensial, yakni yang harus ada dalam menu, sebab tubuh tak bisa
membuatnya sendiri. Teori yang menyebutkan bahwa tubuh manusia diprogram untuk mampu
hidup sampai 120 tahun, namun akan sia-sia bila tidak didukung upaya perawatan optimal.
Kunci besar untuk itu ada pada diet harian kita.
Category:
Kesehatan
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar