Perang
Badr merupakan perang pertama yang terpaksa diarungi oleh kaum muslimin
menghadapi musuh yang jauh lebih besar jumlahnya. Perang ini merupakan
demonstrasi pertama dari ketangguhan kaum muslimin melawan serangan kaum
musyrikin Qureiys. Untuk pertama kalinya panji perang Rasul Allah s.a.w.
berkibar di medan laga. Dan yang diberi kepercayaan memegang panji yang
melambangkan tekad perjuangan menegakkan agama Allah s.w.t. itu, ialah Imam
Ali bin Abi Thalib r.a.
Tanpa pengalaman perang sama sekali dan dengan kekuatan pasukan yang hanya
sepertiga kekuatan musuh, pasukan muslimin dengan kebulatan iman yang teguh
berhasil menancapkan tonggak sejarah yang sangat menentukan perkembangan
Islam lebih lanjut. Perlengkapan dan persenjataan kaum muslimin waktu itu
boleh dibilang nol. Pasukan berkuda dan penunggang unta, yaitu pasukan yang
dipandang paling ampuh dan "modern" pada masa itu, praktis tidak
dipunyai oleh kaum muslimin. Demikian langkanya kuda dan unta dibanding
dengan jumlah pasukan yang ada, sampai-sampai seekor unta dikendarai oleh dua
hingga empat orang secara bergantian. Hanya ada seekor kuda yang tersedia,
yaitu yang dikendarai oleh Al Miqdad bin Al
Aswad Al Kindiy. Itulah kekuatan
"kavaleri" Rasul Allah s.a.w. di dalam perang Badr.
Dalam perang Badr itu pasukan muslimin tidak sedikit yang menerjang musuh
hanya dengan senjata-senjata tajam yang sangat sederhana. Sedangkan musuh
yang dilawan mempunyai persenjataan lengkap dengan kuda-kuda tunggang dan
unta-unta. Tetapi sebenarnya kaum muslimin mempunyai senjata yang lebih ampuh
dibanding dengan lawannya, yaitu kepemimpinan Rasul Allah s.a.w. dan
kepercayaan kuat bahwa Allah pasti akan memberikan pertolongan-Nya. Allahu
Akbar.
Perang Badr sebenarnya terjadi di luar rencana. Pada mulanya kaum muslimin di
bawah pimpinan Rasul Allah s.a.w. bermaksud hendak mencegat kafilah Abu
Sufyan bin Harb yang telah meninggalkan Makkah berangkat menuju negeri Syam,
dan akan kembali ke Makkah lewat sebuah tempat bernama 'Usyaira. Di tempat
itulah kaum muslimin siap menghadang, tetapi ternyata kafilah Abu Sufyan
sudah lolos lebih dulu.
Ketika peperangan mulai berkobar, Imam Ali bersama Hamzah bin Abdul Mutthalib
dan beberapa orang lainnya, berada di barisan terdepan. Pada tangan Imam Ali
r.a. berkibar panji perang Rasul Allah s.a.w. Ia terjun ke medan laga
menerjang pasukan musuh yang jauh lebih besar dan kuat. Dalam perang ini
untuk pertama kalinya kalimat "Allahu Akbar" berkumandang
membajakan tekad pasukan muslimin.
Saat itu terdengar suara musuh menantang: "Hai Muhammad suruhlah orang-orang
yang berwibawa dari asal Qureiys supaya tampil!"
Mendengar tantangan itu, laksana singa lapar Imam Ali r.a. meloncat maju ke
depan mendekati suara yang menantang-nantang. Terjadilah perang tanding
(duel) antara Imam Ali r.a. dengan Al Walid bin Utbah, saudara Hindun isteri
Abu Sufyan. Dalam pertempuran yang seru itu, Al Walid mati di ujung pedang
Imam Ali r.a.
Dalam perang Badr ini 70 orang pasukan kafir Qureiys mati terbunuh, dan
hampir separonya mati di ujung pedang Imam Ali r.a. Kecuali itu lebih dari 70
orang pemuka Qureiys berhasil ditawan dan digiring ke Madinah. Perang Badr
yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin itu merupakan fajar pagi yang
menandai pesatnya kemajuan agama Allah s.w.t.
|
0 komentar:
Posting Komentar