Alhamdulillah, segala puji hanya kepada Allah SWT. Kita bersyukur hingga hari ini diberi
kekuatan dan kesempatan untuk menjalani hari-hari Ramadhan dengan penuh amal kebaikan.
Sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW nabi junjungan kita semua, yang mengisi Ramadhan
dengan sepenuh amal yang berkah. Memberikan contoh kepada kita beragam amal yang
disyariatkan dalam Ramadhan yang mulia. Semoga kita mampu meniru dan menjalankannya.
37
Kaum muslimin yang berbahagia ...
Sedekah mungkin telah menjadi kebiasaan dan rutinitas kita semua. Apalagi saat ini banyak yang
‘mengkampanyekan’ sedekah sebagai salah satu tips short cut yang syar’i untuk memancing rizki
bertambah lebih banyak. Semua berlomba-lomba bersedekah dengan penuh harapan ada
timbal balik yang jauh lebih banyak dari yang dikeluarkan. Pemahaman dan keyakinan ini
tentunya bukanlah hal yang salah, karena salah satu motivasi AlQuran sendiri menyatakan
dengan jelas :
“ perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui” (QS Al Baqoroh 261)
Tentunya dalam bersedekah, yang harus dijaga bukan hanya semangat dan motivasi semacam
itu saja, namun kita harus menjalankan serangkaian adab agar lebih ihsan dalam bersedekah.
Ajaran ihsan dalam segala kebaikan –termasuk sedekah- inilah yang ditekankan Rasulullah SAW
dalam haditsnya : “ Sesungguhnya Allah Ta’ala mewajibkan ihsan atas segala sesuatunya “. (HR
Muslim).
Kaum muslimin yang berbahagia ...
Ihsan dalam bersedekah bisa kita penuhi dengan menjalankan adab-adab dalam memberikan
sedekah, sebagai berikut :
Pertama : Niat yang Ikhlas dan Memahami Hakikat Sedekah
Kunci setiap amal tentu bergantung dengan niatnya. Jangan sampai sedekah menjadi alat
mencari popularitas dan simpati dari masyarakat, karena bisa berarti hanya itu yang akan di
dapatkan tapi nol dalam catatan akhirat. Allah SWT telah mengingatkan hal ini dalam Al-Quran :
“ Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu
tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan (QS Hud 15-16)
Untuk menjaga keikhlasan dalam niat sedekah kita, maka akan lebih mudah ketika kita bisa
menghayati dan memahami hakikat sedekah. Sedekah sesungguhnya adalah bentuk rasa syukur
kita terhadap rejeki dan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Yang dengan rasa syukur itu
justru nikmat itu akan terus bertambah. Kita juga harus memahami bahwa sedekah juga akan
38
menghilangkan kesombongan dalam diri kita, merasa bahwa setiap harta yang kita hasilkan
adalah hasil jerih payah dan kecerdasan kita pribadi. Sedekah juga menghilangkan sifat-sifat
bakhil dalam diri kita, serta menumbuhkan kepedulian dan rasa kasih sayang kepada sesama.
Dengan memahami ini semua, perasaan dan niat kita dalam bersedakah akan lebih teruji dan
tertata.
Kedua : Menganggap Kecil Sedekah yang kita keluarkan.
Sebagian orang merasa telah banyak mengeluarkan harta dan bersedekah untuk orang lain.
Bahkan terkadang ini membuatnya bersikap kurang baik pada mereka yang meminta sedekah
kepadanya. Yang paling memprihatinkan dalam hal ini adalah ketika seseorang senantiasa
menyebutkan apa-apa yang telah ia sedekahkan, yang mau tidak mau menunjukkan sifat riya
yang bisa menghapus amal tersebut. Allah SWT telah mengingatkan :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) .. “ (QS Al Baqoroh : 264)
Semestinya yang perlu dilakukan adalah menganggap enteng bahkan melupakan apa yang telah
kita sedekahkan. Jika perlu, rasanya wajar kita berterima kasih kepada mereka yang mau
menerima sedekah kita. Karena itu pertanda mereka meyakini sepenuhnya kehalalan dan
kesucian harta kita.
Ketiga : Tidak Ragu-ragu dan Menunda-nunda
Allah SWT memotivasi kita untuk bersegera dan berlomba dalam amal kebaikan. Tanpa ragu,
malu apalagi menunda-nunda. Kita dingatkan melalui firman-Nya dalam Al-Quran :
“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS Al Baqoroh 133)
Dalam kebaikan secara umum kita dianjurkan untuk bersegera dan berlomba, begitu pula
dengan bersedekah. Apalagi konteks sedekah adalah berhubungan dengan orang lain,
karenanya semakin cepat kita menyegerakan sedekah kita, akan semakin bermanfaat bagi
mereka yang membutuhkan. Adapun sikap menunda-nunda sedekah dengan memunculkan
banyak alasan, sungguh akan melahirkan sifat bakhil dalam diri kita. Padahal jauh-jauh hari
Rasulullah SAW telah memberikan garansi tentang keutuhan harta kita paska sedekah, beliau
bersabda dalam haditsnya : “Tidak akan berkurang harta seorang hamba karena disedekahkan”
(HR Tirmidzi)
Keempat : Menutup-nutupi dan Merahasiakan sedekah kita.
Sedekah memang bisa dilakukan dengan terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Namun hati
manusia yang lemah akan lebih mudah tergoda untuk riya saat sedekah dilakukan terangterangan,
apalagi jika dengan publikasi besar-besaran. Potensi hati yang lemah dan cenderung
39
riya ini telah diingatkan dalam Al-Quran, yang merekomendasikan sedekah dengan tertutup jika
memungkinkan, karena akan lebih menjaga hati dari kesombongan dan rasa riya. Allah SWT
berfirman dengan gamblang :
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu
lebih baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 271)
Selain ayat di atas, dalam riwayat Muslim juga kita mendengar bahwa Rasulullah SAW
menyebutkan tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dan perlindungan dari Allah
SWT di hari kiamat nanti. Salah satu dari tujuh golongan tersebut adalah : seorang yang
bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, bahkan hingga digambarkan tangan kanannya tidak
mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kirinya.
Gambaran kemuliaan di atas cukuplah memberikan motivasi bagi kita untuk berusaha menjaga
sedekah kita agar tidak terlalu menonjol dan diketahui banyak orang. Tentu saja ini bukan
berarti larangan bersedekah dengan cara terang-terangan, karena terkadang hal tersebut justru
bisa memotivasi yang lainnya untuk berbondong-bondong mengikuti kebaikan tersebut. Adapun
hikmah yang terkandung dalam sedekah yang tersembunyi setidaknya ada dua, pertama ; akan
lebih menjaga hati kita dari penyakit riya, dan yang kedua ; menjaga kemuliaan dan harga diri
mereka yang menerima sedekah kita.
Kelima : Bersedekah dengan memberikan yang Halal dan Terbaik
Hal yang pertama kita pastikan dalam bersedekah adalah menjaga kehalalan sumber harta kita.
Sedekah tidak sekali-kali mampu membersihkan harta yang sejak awal kotor atau haram, dan
lebih jauh lagi hal tersebut justru akan menjauhkan kita dari keridhoan ilahi. Rasulullah SAW
pernah bersabda: “Tidak akan diterima shalat tanpa thaharah (bersuci), dan tidak akan diterima
pula sedekah dari harta curian (ghulul).” (HR Muslim). Maka pastikan seluruh pendapatan dan
harta yang kita terima adalah yang halal dan berkah, dari situlah kita akan bersedekah.
Setelah mencari dari sumber yang halal, adab selanjutnya yang senantiasa harus kita perhatikan
adalah, memilih yang terbaik dari apa yang akan kita sedekahkan. Jika itu makanan maka berarti
bukan jenis makanan yang tidak kita suka, atau pakaian yang barangkali sudah kekecilan bagi
kita. Namun yang terjadi semestinya adalah sebaliknya, kita harus memberikan yang terbaik
bahkan jika memungkinkan termasuk hal yang kita sukai. Dua ayat berikut ini semestinya
memotivasi kita untuk mengoptimalkan pilihan harta sedekah kita :
“Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.”
(QS. Al-Baqarah: 267)
40
“ kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya
Allah mengetahuinya.” (QS Ali Imron 92)
Meskipun kita dituntut untuk bersedekah dengan yang terbaik yang kita mampu, bukan berarti
bahwa sedekah kita harus selalu baku dalam jumlah yang besar atau kualitas yang hebat
misalnya. Namun perlu rasanya meyakinkan diri untuk mencoba senantiasa bersedekah, dan
tidak harus berjumlah besar karena tidak setiap waktu kita bisa mewujudkannya. Rasulullah
SAW bersabda : “Bersedekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena hal itu dapat menutup
dari kelaparan dan dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” (HR.
Ibnul Mubarok dari hadits Ikrimah)
Semoga Allah SWT memudahkan.
Category:
Islam
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar