Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor
tentang kurikulum baru.Yang katanya lebih bagus, lebih tepat sasaran, lebih
kebarat-baratan...atau apapun. Yang jelas, Menteri Pendidikan berusaha eksis
dengan mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Agak
miris lihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperti
pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming : lulus
cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar wa ‘ala alihi. Apa yang
bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki Hajar
Dewantoro mungkin bisa menangis melihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD
45), tapi lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit
diandalkan kualitasnya.
Pendidikan lebih diarahkan pada
menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Apalagi dengan
pengoptimalan pada SMK. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa
kondisi. Karena pola pikir "buruh"lah, segala macam hapalan
dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya hanya demi satu kata: IJAZAH! ya,
ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Sangat minim
idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim
untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan
moral.
Sudah rahasia umum jika pendidikan
sekarang sangat mahal. Seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah!
Memprihatinkan, tapi itulah kenyataannya. Masuk TK saja bisa mencapai ratusan
ribu maupun jutaan rupiah, belum lagi kalau masuk SD-SMP-SMA-Universitas yang
favorit. Kalau dihitung, seseorang yang masuk TK sampai dengan universitas yang
favorit akan menghabiskan 100 juta lebih. Wow! Apalagi dengan adanya kampus
BHMN seperti UI, IPB, UGM, Unair dan lain-lain.
Sekolah memang harus mahal, itulah
stigma yang tertanam di benak sebagian orang, dari orang awam dan bahkan sampai
beberapa pejabat Depdiknas. benarkah demikian??? Itu adalah opini yang salah
tempat, mereka yang bicara ngelantur begitu sudah pasti tidak pernah lihat
kondisi luar. Malaysia ,
Jerman, bahkan Kuba sekalipun bisa membuat pendidikannya sangat murah dan dapat
diakses oleh sebagian besar lapisan masyarakatnya. Dalam sistem pendidikan Indonesia
yang baru, pemerintah akan membagi jalur pendidikan menjadi dua jalur besar,
yaitu jalur formal standar/ reguler dan jalur formal mandiri/ Non reguler.
Jalur formal mandiri diperuntukkan bagi siswa yang mapan secara akademik maupun
finansial. Sedangkan jalur formal standar diperuntukkan bagi siswa yang secara
finansial bisa dikatakan kurang bahkan tidak mampu.
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan diIndonesia saat ini memang adalah
sistem pendidikan yang sekular-materialistik.
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di
Bila disebut bahwa sistem pendidikan
nasional masih mewarisi sistem pendidikan kolonial, maka watak
sekular-materialistik inilah yang paling utama, yang tampak jelas pada
hilangnya nilai-nilai islam pada semua proses pendidikan. Pendidikan
materialistik memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur
secara material serta memungkiri hal-hal yang bersifat non-materi. Disadari
atau tidak, berkembang penilaian bahwa hasil pendidikan haruslah dapat
mengembalikan investasi yang telah ditanam. Pengembalian itu dapat berupa gelar
kesarjanaan, jabatan, kekayaan, atau apapun yang setara dengan nilai materi
yang telah dikeluarkan. Agama ditempatkan pada posisi yang sangat individual.
Hukum syara’ islam dirasa tidak patut atau tidak perlu dijadikan sebagai standar
penilaian sikap dan perbuatan.
Sistem pendidikan yang
material-sekuleristik tersebut sebenarnya hanyalah merupakan bagian belaka dari
sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang juga sekuler. Dalam sistem
sekuler, aturan-aturan, pandangan dan nilai-nilai Islam memang tidak pernah
secara sengaja digunakan untuk menata berbagai bidang, termasuk bidang
pendidikan. Agama Islam, sebagaimana agama dalam pengertian Barat, hanya
ditempatkan dalam urusan individu dengan tuhannya saja. Maka, di tengah-tengah sistem
sekuleristik tadi lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai
agama. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang
oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan
individualistik, sikap beragama yang sinkretistik, serta paradigma pendidikan
yang materialistic
Lantas bagaimana dengan visi dan misi
pendidikan di Indonesia ?
Mau dibawa ke mana pendidikan di Negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi
barang dagangan yang nantinya menghasilkan output berupa selembar sertifikat
dan ijazah bukannya keahlian dan daya analisis? Dan apakah pendidikan hanya
menjadi milik dan hak orang kaya saja? Atau Apakah memang orang miskin dilarang
sekolah? Lalu bagaimana caranya agar pendidikan bisa murah??
0 komentar:
Posting Komentar