BANDA ACEH - Keberadaan berbagai warisan sejarah budaya Aceh kian terancam. Baik dalam
bentuk fisik seperti bangunan, benda-benda seni, budaya, dan adat-istiadat, termasuk di dalamnya
pusaka tsunami.
Ancaman itu terungkap pada acara napaktilas warisan sejarah Banda Aceh. Kegiatan itu
diselenggarakan Komunitas Lestari Pusaka Aceh (Aceh Heritage Community) di Banda Aceh, Minggu
(26/8).
Direktur Ekskutif Aceh Heritage Community, Yenni Rahmayati, menjelaskan banyak bangunan
bersejarah terutama di Banda Aceh dan Aceh Besar, telah diubah bentuknya, dibongkar, serta
dibiarkan tak terawat. Dia mencontohkan Taman Putroe Phang.
Selain itu, resiko kehilangan bukti sejarah dan benda-benda seni bersejarah sangat tinggi. Apalagi
mengingat Aceh yang kini terbuka bagi semua pihak. Sementara perlindungan hukum untuk itu
masih sangat lemah.
“Karena tidak adanya perlindungan hukum yang jelas, orang luar bisa saja mengambil peninggalan
sejarah dan benda-benda seni di Aceh. Kita pun tidak bisa memintanya kembali,” ucap Yenni.
“Bahkan, ditakutkan lagi hilangnya budaya Aceh secara perlahan. Terutama pada anak muda Aceh
akibat pengaruh budaya luar dibawa ke Aceh.”
Terkait warisan tsunami, Yenni beranggapan sebaiknya melibatkan partisipasi masyarakat. Artinya,
tidak perlu membangun museum tsunami seperti direncanakan BRR. Biarkan berada di tengah
masyarakat dan diceritakan masyarakat.
“Format BRR bagus. Namun, kalau dibuat museum, siapa akan merawat dan menjaganya
sepeninggal BRR. Apakah tidak lebih baik biarkan semua peninggalan itu berada di tempatnya. Biar
masyarakat sendiri menjadi guide, menjelaskan pengalaman tsunami mereka kepada wisatawan.
Pasti lebih menarik perhatian,” jelasnya.
Dia menyebutkan. langkah terbaik yang dapat dilakukan guna melestarikanwarisan sejarah Aceh
saat ini, ialah melestarikan dan menjaga peninggalan sejarah. Namun, itu tidak dimungkinkan lagi
lantaran banyak bangunan hancur akibat tsunami maupun dibongkar.
“Karena itu, yang masih dapat dilakukan adalah menggunakan bangunan sejarah untuk fungsi
berbeda. Atau, mengambil semangat (spiritnya). Itu semua tergantung masyarakat dan
pemerintah,” tandasnya.(yos)
Category:
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar