Categories

Lesson 6

Blog Archive

Follower

Statistik

Get Gifs at CodemySpace.com

Beberapa Ayat Al-Qur’an Tentang Teori Roh (Animisme)


.       
Teori animisme (roh-roh) banyak kita dapat unsur-unsurnya dalam Al-Qur’an. Seperti soal kebebasan kemauan dan terpisahnya (roh) manusia dari badan dan roh hewan dalam kehidupan ini, bertempatnya roh manusia sesudah mati dalam alam barzakh, yaitu tempat yang terdapat antara dunia dan akhirat, dan pertalian-pertalian roh-roh orang yang telah meninggalkan kehidupan di dunia. Kesemuanya itu kita dapati dalam Al-Qur’an antara lain dalam ayat-ayat berikut :
1.      Tuhanlah yang mematikan (menidurkan) engkau diwaktu malam, dan dia mengetahui apa yang engkau perbuat pada siang hari. Kemudian dia membangkitkan engkau pada hari itu (kiamat) , agar dijalani masa yang telah ditentukan (Q. 6 : 60).
2.      Tuhan mematikan jiwa-jiwa ketika (tiba masanya) matinya, dan bagi yang belum mati yaitu diwaktu tidurnya (Q. 39 : 42).
3.      Janganlah engkau kira bahwa mereka yang terbunuh karena jalan Allah itu mati, melainkan karena mereka itu hidup di sisi Tuhannya dan mendapat rezeki, gembira atas apa saja  yang diberikan Tuhan kepada mereka berupa anugerah, dan optimislah (mereka gembira) terhadap mereka yang menyusuli mereka dan berada di belakangnya (Q. 3 : 169 - 170).
Di samping itu Al-Qur’an menyebutkan adanya roh-roh lain yang terpisah dari manusia, tetapi mereka berhubungan dengan kehidupannya, kadang-kadang untuk menolong manusia dan kadang-kadang tidak. Roh-roh tersebut adalah Malaikat-malaikat.

  
Bagi orang yang mengartikan teori animisme sama dengan teori kejiwaan,maka teori kejiwaan dipakai juga oleh Al-Qur’an, ketika menujukkan kelemahan manusia untuk mencapai segala tujuannya dan kelemahannya ketika menghadapi keputusan Zat Yang Maha Tinggi, serta keharusan menyerah kepada-Nya, sebagai yang tercantum dalam ayat berikut ini, yang artinya : “Adakah bagi manusia segala yang diinginkannya? Bagi Tuhan adalah yang pertama dan terakhir” (Q. 53 : 24 - 25)
Kalau animisme dimasukkan dalam golongan agama dengan pengertian obyektif, yaitu agama dalam segala apa yang dipercayai maka mempercayai segala nyawa berarti mempercayai segala Tuhan. Jadi kalau demikian artinya, maka animisme berarti mempunyai Tuhan banyak.
Bahkan Al-Qur’an menambah ukuran baru yang besar artinya bagi soal-soal ketuhanan, yaitu membelokkan kemauan dari tujuan, ketika kebencian menjadi kasih sayang dan rasa permusuhan menjadi kerukunan tanpa adanya campur tangan yang nyata dari alam terhadap perpindahan itu.
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar