.
Teori animisme
(roh-roh) banyak kita dapat unsur-unsurnya dalam Al-Qur’an. Seperti soal kebebasan
kemauan dan terpisahnya (roh) manusia dari badan dan roh hewan dalam kehidupan
ini, bertempatnya roh manusia sesudah mati dalam alam barzakh, yaitu tempat
yang terdapat antara dunia dan akhirat, dan pertalian-pertalian roh-roh orang
yang telah meninggalkan kehidupan di dunia. Kesemuanya itu kita dapati dalam
Al-Qur’an antara lain dalam ayat-ayat berikut :
1.
Tuhanlah
yang mematikan (menidurkan) engkau diwaktu malam, dan dia mengetahui apa yang
engkau perbuat pada siang hari. Kemudian dia membangkitkan engkau pada hari itu
(kiamat) , agar dijalani masa yang telah ditentukan (Q. 6 : 60).
2.
Tuhan
mematikan jiwa-jiwa ketika (tiba masanya) matinya, dan bagi yang belum mati
yaitu diwaktu tidurnya (Q. 39 : 42).
3.
Janganlah
engkau kira bahwa mereka yang terbunuh karena jalan Allah itu mati, melainkan
karena mereka itu hidup di sisi Tuhannya dan mendapat rezeki, gembira atas apa
saja yang diberikan Tuhan kepada mereka berupa anugerah, dan optimislah
(mereka gembira) terhadap mereka yang menyusuli mereka dan berada di
belakangnya (Q. 3 : 169 - 170).
Di samping itu
Al-Qur’an menyebutkan adanya roh-roh lain yang terpisah dari manusia, tetapi
mereka berhubungan dengan kehidupannya, kadang-kadang untuk menolong manusia
dan kadang-kadang tidak. Roh-roh tersebut adalah Malaikat-malaikat.
Bagi orang yang
mengartikan teori animisme sama dengan teori kejiwaan,maka teori kejiwaan
dipakai juga oleh Al-Qur’an, ketika menujukkan kelemahan manusia untuk mencapai
segala tujuannya dan kelemahannya ketika menghadapi keputusan Zat Yang Maha
Tinggi, serta keharusan menyerah kepada-Nya, sebagai yang tercantum dalam ayat
berikut ini, yang artinya : “Adakah bagi manusia segala yang diinginkannya?
Bagi Tuhan adalah yang pertama dan terakhir” (Q. 53 : 24 - 25)
Kalau animisme
dimasukkan dalam golongan agama dengan pengertian obyektif, yaitu agama dalam
segala apa yang dipercayai maka mempercayai segala nyawa berarti mempercayai
segala Tuhan. Jadi kalau demikian artinya, maka animisme berarti mempunyai
Tuhan banyak.
Bahkan Al-Qur’an
menambah ukuran baru yang besar artinya bagi soal-soal ketuhanan, yaitu
membelokkan kemauan dari tujuan, ketika kebencian menjadi kasih sayang dan rasa
permusuhan menjadi kerukunan tanpa adanya campur tangan yang nyata dari alam
terhadap perpindahan itu.
0 komentar:
Posting Komentar