M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa
informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan
keputusan. Karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya
memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif.
Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No. 1 yang menganggap bahwa
laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh
karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan
laba di masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Hendriksen dalam
bukunya Accounting Theory edisi
kelima (1992:338) menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan dan
mengukur laba menuju tingkatan bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut meliputi:
a.
Konsep Laba pada Tingkat
Sintaksis (Struktural)
Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi
(kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan
konsep yang telah berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Terdapat dua
pendekatan pengukuran laba (income
measurement) pada tingkat sintaksis, yaitu: Pendekatan Transaksi dan
Pendekatan Aktiva.
b.
Konsep Laba pada Tingkat
Sematik (Interpretatif)
Pada konsep ini income ditelaah hubungannya dengan realita ekonomi. Dalam usahanya
memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi (accounting income), para akuntan seringkali merujuk pada dua
konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut adalah Konsep Pemeliharaan Modal
dan Laba sebagai Alat Ukur Efisiensi.
c.
Konsep Laba pada Tingkat
Pragmatis (Perilaku)
Pada tinmgkat pragmatis (perilaku)
konsep income dikaitkan dengan
pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba
perusahaan. Beberapa reaksi usaha users dapat ditunjukkan dengan proses
pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi
umpan balik (feedback) dari manajemen
dan akuntan terhadap income yang
dilaporkan.
Konsep income ini paling tidak harus memberikan implikasi income sebagai bahan pengambilan
keputusan manajemen.
Secara ringkas, laba bersih (net income) disajikan untuk
masing-masing kelompok penerima dengan menggunakan konsep-konsep sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Konsep Laba, Perhitungan
dan Penerima Laba
Konsep Laba
|
Perhitungan Laba
|
Pihak Penerima Laba
|
Nilai Tambah
(Value Added)
|
Harga jual produksi dari jasa dikurangi harga pokok barang dan
jasa yang dijual.
|
Pegawai, pemilik, kreditor dan pemerintah
|
Laba Bersih Perusahaan
(
|
Kelebihan hasil (revenue)
dari biaya, seluruh pendapatan (gain)
dan rugi. Biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil.
|
Pemegang saham, pemegang obligasi dan pemerintah.
|
Laba Bersih bagi investor
(Net Income to Investor)
|
Sama seperti enterprise net
income tetapi setelah dikurangi pajak penghasilan.
|
Pemegang saham, pemegang obligai dan kreditor jangka panjang.
|
Laba bersih bagi pemegang saham residual
(Residual Equity Holders)
|
Laba bersih kepada pemegang saham dikurangi dividen saham preferen
|
Pemegang saham biasa (sekarang dan yang potensial) terkecuali
prioritas pembayaran tidak terpenuhi.
|
0 komentar:
Posting Komentar