Fasilitas fisis atau biasa disebut dengan aktiva operasional menghasilkan
pendapatan lebih banyak melalui penggunaannya daripada melalui penjualan
kembali aktiva tersebut. Aktiva ini dapat dipandang sebagai kuantitas jasa
ekonomi potensial yang dikonsumsi selama menghasilkan pendapatan (Dyckman dkk, 1996: 590). Fasilitas fisis memberi kontribusi
jasa ke operasi berupa kapasitas atau daya. Sehingga kos daya atau kapsitas
fasilitas fisis tersebut harus diserap menjadi bagian kos produksi dan akhirnya
menjadi beban pendapatan (Suwardjono, 2005: 437). Prinsip-prinsip akuntansi
menghendaki adanya penandingan biaya dari semua jenis aktiva operasional dengan
pendapatan selama umur manfaatnya. Terminologi akuntansi untuk
proses ini
berbeda-beda tergantung pada kategori aktiva tersebut :
1. Penyusutan adalah alokasi periodik biaya aktiva tetap terhadap
pendapatan periodik yang dihasilkan.
2. Deplesi adalah alokasi periodik dari biaya sumber daya alam, seperti
cadangan mineral dan kayu, terhadap pendapatan periodik yang dihasilkan.
3. Amortisasi adalah alokasi periodik dari aktiva tak
berwujud terhadap pendapatan periodik yang dihasilkan. Istilah amortisasi juga digunakan pada
aktiva keuangan dan kewajiban.
Depresiasi
merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik dan rasional dan jumlah
rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah
dimanfaatkan dalam menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai biaya tidak
berbeda dengan jenis biaya operasi lainnya. Depresiasi merupakan biaya yang
benar-benar terjadi dan dikeluarkan seperti biaya lainnya. Memang benar biaya
depresiasi untuk periode tertentu tidak menunjukan pengeluaran pada periode
tersebut. Biaya depresiasi mengukur bagian pengeluaran masa lalu yang dipandang
layak dibebankan terhadap kegiatan atau pendapatan periode berjalan. Jadi dapat
dikatakan bahwa kos fasilitas fisis merupakan suatu bentuk ekstrem biaya
dibayar di muka. Akuntansi depresiasi merupakan sarana untuk membebankan biaya
dibayar di muka tersebut ke produksi atau periode berjalan (Suwardjono, 2005:
437-438).
Pengertian depresiasi dan amortisasi
sebagai proses akumulasi dana didasari bahwa untuk dapat mempertahankan
kelangsungan hidup, perusahaan harus dapat mengganti fasilitas fisik yang habis
umurnya. Akibatnya perusahaan harus menyisihkan dana dari pendapatan yang
diperoleh. Dengan mengurangi pendapatan, laba akan berkurang sebesar depresiasi
dan amortisasi yang dibebankan. Depresiasi dan amortisasi adalah biaya tidak
tunai karena depresiasi dan amortisasi tidak memerlukan pengeluaran kas.
dianggap sebagai sumber dana untuk menghitung sumber dana atau aliran kas masuk
(proceeds) dengan cara menambahkan
kembali nilai depresiasi dan amortisasi ke laba akuntansi (Suwardjono, 1989:
439).
Cara menghitung
semacam ini hanyalah salah satu teknik penghitungan sumber dana dimana
depresiasi dan amortisasi sebagai beban non kas yang artinya
biaya tersebut tidak lagi memerlukan pengeluaran kas sekarang ataupun di masa
depan. Sehingga pembebanan depresiasi ke dalam pendapatan serta menambahkan kembali nilai depresiasi
dan amortisasi ke laba akuntansi dapat dikatakan sebagai teknik dalam
menghitung sumber dana.
0 komentar:
Posting Komentar