Categories

Lesson 6

Blog Archive

Follower

Statistik

Get Gifs at CodemySpace.com

Pentingnya Sebuah Identitas



Identitas adalah simbolisasi ciri khas yang mengandung diferensiasi
dan mewakili citra organisasi. Identitas dapat berasal dari sejarah, visi atau
cita-cita, misi atau fungsi, tujuan, strategi atau program. Berbicara mengenai
identitas sebenarnya itu adalah sebuah definisi diri dan itu bisa di berikan
oleh orang lain atau kita yang memberikanya. Pelacakan identitas akan
menerangkan tentang siapa kita, karena pelacakan identitas adalah upaya
pendefinisian diri. Baik definisi dari orang lain maupun dari kita sendiri.
Ketika kita berbicara identitas maka mau tidak mau kita harus melihat
ke masa lalu, di dalam konteks, identitas itu bukanlah sebuah proses
produksi di ruang vakum tetapi di dalam relasi-relasi kita dengan orang
lain. Kemudian kemajemukan adalah yang mencerminkan ketinggalan diri,
definisi siapa kita dan yang bukan kita adalah definisi yang di lakukan
sendiri dan definisi diri yang di nisbahkan oleh pihak lain yang berelasi
dengan kita.
Cara kita mendefinisikan diri akan sangat berpengaruh terhadap
pikiran, tindakan dan keputusan yang kita ambil. Cerita menarik yang
beredar di internet menceritakan tentang seekor anak elang yang dipelihara
dan dibesarkan keluarga ayam. Tentu saja keluarga ayam ini mengajarkan
kepada sang anak elang tentang segala sesuatu yang menyangkut ke-ayaman,
antara lain ayam memakan biji-bijian, ayam tidak bisa terbang tinggi,

ayam hanya bisa begini, dan begitu saja.
Pada suatu waktu, si anak elang ini melihat burung elang yang gagah
melintas di angkasa. Dengan decak kagum, sang anak elang berkata,
“Alangkah gagah dan anggunnya burung itu.” Lalu, keluarga ayam yang
mendengar komentar sang anak elang berkata, “Itu adalah burung elang. Ia
memang memiliki kemampuan untuk terbang tinggi di angkasa. Sedangkan
kita adalah ayam. Ayam hanya bisa terbang rendah dan tak akan pernah
terbang tinggi seperti elang.
Singkat kata, sang anak elang menerima bulat-bulat apa yang
diajarkan keluarga ayam. Ia akhirnya mendefinisikan dirinya sebagai anak
ayam. Karena ia mendefinisikan diri sebagai anak ayam, ia pun berpikir,
berlaku, dan bertindak seperti anak ayam. Sampai akhir hayat sang anak
elang, beraktivitas, bertindak dan mengambil keputusan seperti seekor ayam
sesuai definisi yang diyakininya. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika
sang anak elang ini mencoba mengoptimalkan kemampuannya seperti
impiannya untuk terbang tinggi seperti elang yang dilihatnya.
Dari ilustrasi diatas kita bisa mendapatkan beberapa pelajaran
berharga mengenai pengaruh definisi identitas diri yang kita yakini. Cara
kita mendefinisikan identitas kita akan menentukan masa depan kita melalui
cara kita berpikir dan cara kita bertindak. Definisi identitas diri
mempengaruhi cara kita berpikir. Sang elang yang mendefinisikan diri
sebagai anak ayam akhirnya berpikir dan bertindak seperti anak ayam.
Dalam pemilu legislatif yang baru saja berlangsung di Indonesia,
kebanyakan rakyat belum mampu menidentifasikan diri mereka sebagai
pemegang kedaulatan. Pada pemilu kali ini, identitas yang terbentuk di
wajah rakyat adalah sebagai penjual kedaulatan, hal tersebut terindikasikan
melalui banyaknya kasus money politik. Secara bahasa sederhana money
politik dipersepsikan sebagai politik uang. Di sini ada dua dimensi, yakni
politik dan uang. Politik selama ini diorientasikan pada kekuasaan dan uang
dipersepsikan sebagai salah satu kekuatan yang berbasis material. Artinya
politik uang merupakan manifestasi dari upaya merebut kekuasaan lewat
jalur politik dengan mengandalkan kekuatan uang. Kekuatan uang dalam hal
ini adalah proses penentuan pemenang kekuasaan tidak berdasarkan pilihan
rasional namun dengan dengan pertimbangan pragmatisme. Di sinilah
kemudian stigma negatif melekat dalam persoalan money politik.
Jika legislatif yang dihasilkan melalui mekanisme jual beli suara maka
akan hadir para politisi yang mengidentifikasikan dirinya sebagai pedagang.
Modal yang mereka keluarkan kepada rakyat harus kembali dalam jangka
waktu tertentu dan harus bertambah karena begitulah identitas pedagang,
kemudian lahirlah apa yang dinamakan politik dagang sapi. Entah siapa
yang memulai istilah tersebut, tapi ketika kita mendengar dan mencoba
memahami ternyata politik dagang sapi itu merupakan cara untuk bagi-bagi
kedudukan dalam kabinet. Presiden dan Wakil Presiden yang tepilih nanti
merupakan pilihan rakyat langsung, karena itu mereka memperoleh mandat
yang penuh dari rakyat sebagai pemilih. Karena itu mereka mempunyai
kedudukan yang lebih kuat dari pilihan anggota MPR. Akan tetapi dalam
sistim yang berjalan presiden serta pemerintah yang dipimpinnya harus
bekerjasama dengan DPR.
Dengan demikian pemerintah yang akan disusun oleh persiden terpilih
harus pandai-pandai bekerja sama dengan DPR agar program-program
mereka disepakati DPR sebelum dapat dilaksanakan. Sebaik apapun
program yang diusulkan, kalau DPR tidak menyetujuinya, apapaun
alasannya, maka program tersebut tidak dapat dilaksanakan dan pemerintah
tidak efektif menjalankan mandat yang diemban dari pemilih. Di dalam
media sudah banyak diberitakan bahwa negosiasi antar berbagai partai
capres dalam meminang cawapres sekaligus melakukan tawar menawar
mengenai pembagian kursi dalam kabinet yang akan datang.
Maka harapan akan perbaikan kesejahteraan rakyat yang berjalan
beriringan dengan demokratisasi nampaknya hanya angan-angan, karena
tidak ada eksekutif dan legislatif yang memikirkan hal tersebut. Jadi, selagi
kedaulatan itu masih berada di tangan rakyat, mengidentifikasi diri
kemudian melakukan tindakan yang tepat untuk mempergunakannya demi
kesejahteraan dalam jangka waktu lima tahun kedepan harus menjadi
perhatian serius agar tidak menyesal dikemudian hari.

0 komentar:

Posting Komentar