Pada pengendalian persediaan model sederhana yang sudah dijelaskan di asumsikan tidak ada back order, artinya pelanggan akan mencari tempat lain untuk mendapatkan barangnya jika barang yang dibeli tidak tersedia atau stoc habis. Apabila pelanggan bersedia menunggu pesanan yang sudah habis dan pihak supermarket mengijinkan tetap menjual sesuatu barang meskipun bararangnya tidak ada digudang 9 tingkat persediaan barang nol ), maka pesanan untuk diambil kemudian oleh pelanggan bisa disebut back order.
Banyak perusahaan yang melayani pembelian ketika produknya sedang kosong. Terutama perusahaan deler kendaraan yang sering mengalami hal ini. Pembeli dijanjikan bahwa kendaraan yang dipesanya aka nada beberapa hari ( minggu,bulan, dan seterusnya) kumudian. Model persediaan yang memungkinkan adanya back order dapat diliat dari gambar.
Dari gambar bisa dijelaskan bahwa Q merupakan jumlah setiap pemesanan, sedang S adalah jumlah persediaan barang setiap awal siklus persediaan ( 0n hand inventori ). Tujuan dari model persediaan ini adalah menentukan besar Q dan S yang dapat meminimumkan total biaya relevant. Setiap siklus ditunjukan oleh dua
segitiga yang menunjukan ada dua tahap.
Tahap pertanama adalah dimana permintaan pembelian dapat dipenuhi dengan on hand inventori. Tahap ini diawali dengan segitiga besar (tinggi S). apabila permintaan barang terhadap barang setahun sebesar A, maka periode waktu setiap tahap pertama pada semua siklus adalah S/A tahun.
Tahap kedua adalah dimana on hand inventori sudah nol dan pembeli harus memesan untuk dapat diambil setelah tersedia kemudian. Tahap ini digambarkan sebagai segitiga kecil dengan tinggi Q-S. nilai ini menunjukan jumlah barang yang dipesan oleh pembeli tetapi tidak dapat dipenuhi. Waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan tersebut adalah (Q-S) / A tahun.
Sebagai beban (dalam hal ini kerugian ) atas ketidakmampuan perusahaanmenyediakan barang yang diminta, maka ada biaya yang timbul dikenakan dengan istilah shortage cost. Seperti halnya holding cost, shortage cost ini tergantung
Re Order Poin (ROP) dan Safety stock (SS)
Asumsi bahwa barang yang dipesan segera tersedia pada kenyataanya jarang terpenuhi, karna banyak factor hal ini terjadi karna kegiatan menyediakan atau pemesanan barang perlu tenggang waktu (lead time) hingga barang pesanan tersedia disebut titik pemesanan kembali ( re order poin).
ROP diperoleh dari hasil kali lead time (L) dan tingkat kebutuhan persatuan waktu (U) lalu ditambah dengan safety stock(SS), secara matematis ditulis: ROP = U X L + SS
Category:
Manajemen Biaya
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar