Muslimah yang memahami secara pasti bahwa tujuan hidupnya adalah mencari keridlaan Sang Pencipta, dan menyadari apa yang dihadapinya kelak di akhirat –yakni jannah (surga) atau neraka jahannam– adalah perempuan yang berpikir. Ia bukan orang-orang yang terbuai dengan mitos kecantikan dan terperosok dalam belenggu jati diri yang dangkal, yang disebarluaskan oleh negara-negara kapitalis Barat. Ia tidak disibukkan dengan berbagai pembahasan mengenai perkara-perkara yang dangkal, seperti tentang penampilan yang tepat, tata rambut yang benar, busana yang cocok, atau membuang-buang waktu dan energinya untuk berupaya memenuhi harapan-harapan yang tidak wajar sebagaimana yang dipandang oleh masyarakat Barat sebagai “Wanita Cantik”. Fokus perhatian terbesar dalam
hidupnya adalah bagaimana dapat menjadi hamba yang taat kepada Penciptanya dan mengumpulkan bekal pahala yang cukup untuk menghadap Allah Swt di akhirat kelak.
Figur-figur yang menjadi teladan dalam kehidupannya bukanlah para bintang film, pemusik, dan model-model terkemuka baik di Barat maupun di Timur, tetapi para sahabiyat dan para Muslimah terdahulu yang menjadi hamba-hamba yang taat kepada Allah Swt, serta mampu memenuhi semua kewajiban mereka kepada Allah Swt dengan segala daya dan upaya yang mereka bisa. Kalangan Muslimah yang taat itu bukan dikenal dan dipuji baik oleh Rasulullah saw, para ulama, maupun buku-buku sejarah masa lalu hanya karena
kecantikannya, tetapi dikenal dan dipuji karena sifat-sifat mulia, kualitas kecerdasannya, kemurahan hatinya, kerendahan hatinya, kesetiaannya, keberaniannya, keuletannya, pengorbanannya, serta ketaatannya sebagai istri dan kasih sayangnya sebagai ibu. Mereka dikenal dalam peradaban Islam bukan karena wajahnya, tetapi karena mereka menjadi
pemikir besar, ulama yang besar, pejuang terkemuka, penyair terkenal, politisi ulung, maupun pengemban dakwah.
Itulah perempuan-perempuan seperti Khadijah ra, istri pertama Rasulullah saw, yang memberikan dukungan kepada suaminya dalam mengemban dakwah untuk menegakkan Daulah Islamiyah yang pertama; yang memikul beban akibat segala macam kesulitan dan kesengsaraan dengan penuh keberanian dan kesabaran, bahkan menyaksikan sendiri penderitaan anak-anaknya akibat aktivitas dakwah itu. Rasulullah saw pernah berkisah tentang beliau ra:
Aku belum pernah mendapatkan seorang istri yang lebih baik daripada dia (Khadijah). Ia beriman kepadaku ketika semua orang, bahkan keluarga dan kabilahku, mendustakanku. Dan ia menerimaku sebagai Nabi dan Rasul Allah. Ia masuk Islam, mengeluarkan seluruh harta bendanya untuk menolongku mendakwahkan agama ini; dan ini terjadi ketika hampir seluruh
dunia memalingkan dirinya dariku dan menganiayaku. Dan melalui dia Allah memberkahi diriku dengan anak-anak.
Demikianlah sifat seorang Muslimah yang Allah Swt sendiri berkenan memberikan salam kepadanya, sebagaimana tercantum dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa malaikat Jibril mendatangi Rasulullah saw, kemudian berkata:
Wahai Rasulullah! Ini Khadijah yang membawa kepadamu satu piring bekas yang terdapat di dalamnya lauk, makanan atau minuman. Apabila beliau sampai kepadamu, sampaikan salamku kepadanya dan salam dari Tuhannya. Sampaikan berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di dalam surga yang dibuat dari mutiara, di dalamnya tidak ada kebisingan dan kesusahan. (HR. Bukhari)
Itulah perempuan-perempuan seperti Fatimah ra, putri Rasulullah saw, yang kemurahan hatinya menyala terang seperti mercusuar. Sebagai contoh, pada suatu ketika, Salman –salah seorang sahabat Nabi– berusaha mencari makanan untuk seorang muslim yang merasa kelaparan karena tidak makan selama beberapa waktu. Beliau mengajak orang tersebut mendatangi beberapa rumah, namun tidak satu pun yang dapat menyediakan makanan bagi orang itu. Sampai akhirnya mereka melintasi rumah Fatimah ra. Beliau mengetuk pintu dan mengatakan kepada Fatimah maksud kedatangannya. Dengan air mata berlinang, Fatimah ra mengatakan bahwa selama tiga hari itu beliau tidak memiliki makanan di rumah. Meski demikian, karena tidak ingin menolak kedatangan seorang tamu, beliau berkata, “Aku tidak dapat membiarkan seorang tamu yang sedang lapar pulang sebelum membuatnya kenyang.” Lantas, Fatimah menyerahkan selembar kain milik beliau kepada Salman, sembari meminta Salman agar membawa kain tersebut kepada Syamun –seorang
Yahudi– untuk ditukarkan dengan jagung. Karena merasa terkesan dengan kemurahan hati putri Rasulullah saw, Yahudi tersebut kemudian memeluk Islam. Ketika Salman kembali dengan membawa jagung, segera Fatimah menggilingnya dan memasaknya menjadi beberapa potong roti. Ketika Salman menyarankan agar Fatimah menyimpan sebagian dari roti tersebut, beliau menjawab bahwa beliau tidak berhak atas roti tersebut, karena beliau telah memberikan kain tersebut semata-mata untuk Allah.
Itulah perempuan-perempuan seperti Aisyah ra, istri Rasulullah saw, yang mempunyai akal yang cerdas dan ingatan yang kuat, sehingga mampu menghafal lebih dari 2000 hadits. Beliau juga memiliki pengetahuan yang mendalam pada ilmu tafsir, hadits, fiqih, dan syariat. Suatu kali Rasulullah saw pernah bermimpi bahwa Malaikat Jibril datang membawa gambar Aisyah ra yang dibungkus dengan sutera hijau, kemudian berkata, “Inilah istrimu di dunia ini dan di akhirat.”
Itulah perempuan-perempuan seperti Khansa‟, yang merupakan seorang penyair terkemuka dan menggunakan kemampuannya itu untuk mendorong anak-anaknya pergi berjihad meninggikan kalimat Allah Swt. Ia berkata, “Kalian mengetahui pahala yang dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang memerangi orang-orang kafir di jalan-Nya. Kalian harus ingat bahwa kehidupan abadi di akhirat jauh lebih baik daripada hidup sementara di dunia ini. Kalau kalian bangun tidur esok pagi, bersiaplah untuk memberikan kemampuan terbaik kalian dalam peperangan. Majulah ke dalam barisan musuh dan mintalah pertolongan kepada Allah. Kalau kalian melihat api pertempuran semakin menyala, maka tempatkan diri kalian di tengah-tengah musuh dan hadapilah para pemimpin musuh. Maka insya Allah kalian akan mendapatkan tempat kalian di surga dengan kehormatan dan keberhasilan.” Pada hari berikutnya, keempat anak laki-lakinya terjun dalam perang Qadisiyyah. Sembari membacakan syair ibunya, keempat anak laki-laki Khansa‟ maju berperang
hingga mereka semuanya gugur. Ketika mendengar berita kematian keempat anaknya, Khansa‟ berkata, “Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemulian kepadaku dengan syahidnya mereka. Aku berharap Allah akan mengumpulkan aku dengan mereka di bawah naungan kasih sayangnya.”
Itulah perempuan-perempuan seperti Ummu Amarah, yang merupakan pejuang yang terampil dan turut berperang dalam berbagai pertempuran, seperti Perang Uhud, Hunain, dan Yamamah. Dalam Perang Uhud, beliau turut melindungi Rasulullah saw dengan tubuhnya, hingga mengalami luka yang cukup parah. Ketika itu, kemana pun Rasulullah saw memandang –ke kanan maupun ke kiri– beliau saw menyaksikan perjuangan Ummu Amarah untuk melindungi keselamatan Rasulullah saw. Oleh sebab itulah Rasulullah saw pernah berdoa bagi Ummu Amarah dan keluarganya, yang telah berperang dengan penuh keberanian dan kekuatan pada hari itu, sebagai berikut:
Ya Allah, jadikanlah ia dan keluarganya sebagai sahabatku di surga.
Itulah perempuan-perempuan seperti Ummu Syariq, yang mencurahkan segenap kemampuannya untuk mengemban dakwah Islam di tengah-tengah kaum perempuan suku Quraisy, sampai akhirnya ia diusir dari kalangan orang-orang Quraisy oleh para pemukanya. Itulah perempuan-perempuan seperti Sumayyah, yang merupakan muslim pertama yang mati syahid. Beliau terus menerus menyeru kepada orang-orang untuk menyembah kepada Allah pada saat disiksa sampai mati oleh Abu Jahal.
Seorang Muslimah adalah individu yang menggunakan akal pikiran dengan sebaik-baiknya, sehingga ia tidak membabi buta meniru dan mengikuti segala sesuatu yang ada di sekitarnya, sekalipun itu berarti bahwa ia harus menentang norma-norma
yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Ia bukan seorang yang terbelenggu dengan perasaan rendah diri akibat penampilannya; tetapi sebaliknya, seorang Muslimah adalah seorang yang penuh percaya diri berada dalam kehidupan yang dipilihnya sendiri, karena ia telah menegakkan kebenaran Islam melalui akal pikiran dan keyakinannya. Terakhir, ia bukan seorang perempuan yang asyik dengan citra dirinya, penampilan fisiknya, atau kehidupan pribadinya. Seorang Muslimah adalah individu yang memahami masalah-masalah dunia, mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah umat manusia, dan berpikir cermat mengenai peran dirinya dalam mewujudkan sistem yang sahih untuk mengatur umat manusia, yakni negara Khilafah Islamiyah.
Category:
Gaya Hidup
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar